Saat ini, Demokrat juga sedang berjuang untuk bisa lolos parliamentary threshold. Pasalnya, di survei juga terlihat, ketika Gerindra naik, maka Demokrat melorot. Sehingga sikap Demokrat wajar, mungkin merasa masa depan suram di kubu Prabowo - Sandi.
Ada pula kemungkinan para anggota koalisi Prabowo-Sandi yang kurang nyaman dengan narasi-narasi politik membangun pesimisme rakyat. Jika ikut mendukung narasi kampanye yang banyak menimbulkan blunder, partai koalisi takut bakal terkena dampak penurunan elektabilitas.
“Kampanye baru berjalan, mereka sudah tiga kali minta maaf. Pertama kasus hoax Ratna Sarumpaet ketika bangsa kita sedang berduka karena bencana Sulawesi Tengah, kedua menghina rakyat sendiri dengan kasus wajah Boyolali," ungkap Hasto.
(Baca Juga: Demokrat Bebaskan Kadernya di Pilpres, TKN Jokowi: Mereka Realistis)
Ketiga tidak ada etika ketika berziarah ke makam tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU). Itulah ciri kepemimpinan yang grusa-grusu, penuh pencitraan sehingga ketika ciri aslinya muncul, malah blunder. Narasi politik yang tak elok itulah, politik genderuwo, yang membuat masa depan suram.