Jokowi menggunakan momen ini untuk memamerkan prestasi menteri-menteri perempuannya. Ia mencontohkan bahwa kabinetnya memiliki sembilan menteri perempuan. Ia juga menyebut pernah membentuk tim Panitia Seleksi anggota KPK yang semuanya perempuan.
Namun segera Prabowo menyerang balik: menurut Prabowo, sebagian menteri perempuan Jokowi justru menjalankan kebijakan yang merugikan rakyat.
Ia menambahkan kalaupun perempuan yang dipilih, haruslah yang cakap dan membela rakyat.
"Saya tidak akan membanggakan hanya karena dia perempuan," kata Prabowo.
Debat datar, kurang mengeksplorasi topik
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Mada Sukmajati mengatakan ia menyayangkan banyaknya masalah terkait hukum, HAM, korupsi dan terorisme yang tak dibahas secara menukik dalam debat tersebut.
Misalnya, soal operasi tangkap tangan oleh KPK yang terus meningkat. "Tapi tadi tidak dieksplor dengan baik," cetusnya.
Pelanggaran HAM dan problem HAM di masa lalu yang belum selesai juga, menurutnya, tidak dieksplorasi jauh dalam debat itu.
Menurutnya, ini menunjukkan di satu sisi petahana selama empat tahun memimpin tidak memiliki pencapaian luar biasa terkait soal korupsi, HAM, hukum dan terorisme. Namun di sisi lain, pasangan Prabowo-Sandi juga tidak memberikan alternatif penyelesaian yang menjanjikan.
"Dari sisi penantang ternyata tidak memberikan solusi alternatif kebijakan yang menjanjikan yang bisa jadi jadi harapan masyarakat," kata dia.
Karenanya, menurut Mada, debat ini tidak akan membuat para swing voters bisa menentukan pilihannya.
Antara Jokowi sang petahana dan Prabowo sang penantang
Sementara itu, pengamat politik dari LIPI, Luky Sandra Amalia, mengatakan dalam debat perdana, Jokowi sangat diuntungkan oleh posisinya sebagai petahana.
Posisi itu memberinya banyak keuntungan dalam bentuk jawaban-jawaban yang lebih komprehensif dibandingkan lawannya, Prabowo.
Prabowo, katanya, sering memberikan tanggapan yang 'menggantung'.
"Saya tidak tahu apa datanya kurang lengkap atau gaya kampanye beliau seperti ini," kata Luky.
Ia menambahkan, kubu Prabowo dan Sandiaga selalu mengaitkannya ke masalah ekonomi.
"Kubu Prabowo dan Sandiaga harus fokus ke isu yang ditanyakan di debat karena masalah ekonomi akan dibahas di debat berikutnya."
Prabowo-Sandiaga lebih kompak, Ma'ruf jomplang
Pengamat dari UGM, Mada Sukmajati juga menyoroti pembagian peran dalam debat perdana capres dan cawapres.
Menurut dia, peran Ma'ruf sangat terbatas dalam debat ini.
Saat ditanya tentang bagaimana mereka mengambil langkah penegakan hukum tapi juga melindungi HAM, Jokowi menyelesaikan jawaban sebelum waktunya habis, dan moderator mempersilakan Ma'ruf Amin menambahkan.
Namun Ma'ruf hanya menjawab, "Cukup." Dan sesudah dipersilakan lagi, ia menjawab, "Saya setuju dengan Pak Jokowi."
Ini, menurut Mada, berbeda dengan peran Sandiaga yang lebih seimbang sebagai cawapres bagi Prabowo.
"Masih sangat jomplang kalau dibanding Pak Prabowo dan Sandi. Sandi bisa mengimbangi Pak Prabowo," kata Mada.
Luky Sandra Amalia dari LIPI mengamini hal itu. "Sandiaga selalu bisa memanfaatkan sisa waktu setelah Prabowo berbicara," katanya.
(Salman Mardira)