Menurut Okta, kesuksesan Jokowi merebut hati milenial tidak mengherankan. Sejak awal muncul di panggung politik nasional, Jokowi kerap menggunakan metode komunikasi yang disukai milenial.
“Tidak hanya aktif ngevlog dan media sosial, gaya Jokowi seperti mengendarai motor chopper dan menggemari musik metal sangat pas buat milenial,” kata Okta.
Kendati demikian, kedua kubu capres-cawapres maupun penyelenggara pemilu, harus mencermati tingginya peluang golput generasi milenial. “Responden yang belum memutuskan atau masih merahasiakan pilihannya meningkat dari 15,7 persen pada semua kelompok umur menjadi 21,7 persen pada kelompok milenial dan pemilih pemula,” kata Okta.
Maraknya wacana golput belakangan ini, mencerminkan apatisme politik yang masih tinggi di kalangan milenial. “Waktu yang tersisa kurang dari tiga bulan menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai pihak terutama Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk lebih aktif melakukan sosialisasi khususnya kepada calon pemilih pemula dan milenial,” ujar Okta.
Survei CPCS dilakukan pada 2-11 Januari 2019, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pemilih pemula dan milenial yang berusia antara 17 hingga 35 tahun mencakup 34,3 persen responden.
(Angkasa Yudhistira)