JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu merasa adem bila dekat dengan para kiai, dan jamaah Nahdlatul Ulama (NU) saat meresmikan pembukaan konsolidasi jelang satu abad NU. Acara ini juga sekaligus perayaan hari lahir NU ke-93 tahun.
"Saya selalu merasa adem kalau hadir bersama para kiai dan jamaah NU. Apalagi tadi melihat adik-adik kita juga pemuda kita dalam bersilat. Saya membayangkan dalam kepala ada benderanya," kata Jokowi di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2019).
(Baca juga: Jelang Harlah Ke-93, Ini "Resep" NU Bisa Eksis hingga Kini)
Jokowi juga berguyon tentang para sepuh Pagar Nusa NU yang jauh lebih sakti dari para pesilat yang dilihatnya tadi.
"Itu yang muda-muda saktinya seperti itu. Apalagi yang sepuh-sepuh. Ngeri semuanya yang sepuh pasti jauh lebih sakti dari itu," jelasnya.
Kepala Negara kembali menyinggung tentang revolusi industri 4.0. Menurut dia, perkembangan teknologi juga memiliki manfaat dan mudaratnya. Pasalnya, dalam perkembangannya media sosial (medsos) banyak menjadi ladang hoaks dalam menyebarkan informasi.
"Kita lihat akhir akhir ini, saling hina, cela, ejek, fitnah semakin menjadi-jadi. Yang patut kita garisbawahi sekarang, yang muda berani melakukan ke yang lebih tua. Junior berani melakukan ke senior. Saling hina ejek fitnah," paparnya.
(Baca juga: Genap Berusia 93 Tahun, NU Terus Mengokohkan Semangat Keindonesiaan)
Jokowi menekankan, saat ini telah banyak orang yang lupa memahami akhlakul karimah, etika, budi pekerti, dan tata krama, serta sopan santun.
"Saya menitipkan karena saya meyakini NU-lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi," tandasnya.
(Awaludin)