Pimpinan Komisi Referendum yang mengawasi pemungutan suara, Bertie Ahern mengatakan kepada ABC bahwa tiga tahun lalu, O’Neill dan Momis menetapkan 15 Juni sebagai hari pemungutan suara referendum. Namun, ternyata batas waktu itu “mustahil” dipenuhi karena pendaftaran pemilih mengalami kekurangan dana dan terlambat.
O'Neill dan Momis mengatakan dana sebesar 10 juta kina (sekira Rp41, 8 miliar) telah tersedia untuk mendanai pemilihan, dengan tambahan 10 juta kina yang dijanjikan pekan depan.
Konflik antara pasukan gerilya pemberontak Bougainville dan pasukan Papua Nugini menewaskan 20.000 orang selama satu dekade berikutnya. Konflik itu merupakan yang terburuk yang terjadi di wilayah Oseania sejak Perang Dunia II.
Hasil dari referendum, yang oleh banyak analis diperkirakan akan mendukung kemerdekaan harus diratifikasi oleh parlemen PNG. O'Neill dan Momis telah sepakat untuk bertemu lagi pada Agustus untuk membahas pengaturan yang diperlukan jika berhasil.
(Rahman Asmardika)