"Bahwa mereka, menutup akses publik untuk melihat itu. Dan itu berarti sudah melakukan pelanggaran akses terhadap publik untuk menikmati keindahan dan mendapatkan interaksi pada karya seni," katanya.
Baca juga: Viral Video Pengantar Jenazah Pukuli Mobil Bikin Greget
Dolorosa juga berpendapat karya seni mengajarkan orang untuk menghormati perbedaan. Setiap seniman punya otoritas untuk mencipta dan memberi pengetahuan kepada publik melalui karyanya, ujar Dolorosa.
"Institusi ini seharusnya memberikan ruang kepada seniman-seniman untuk berkarya," tambah Dolorosa.
Pegiat seni patung ini juga berharap kasus penutupan patung Putri Duyung ini viral di masyarakat.
Tujuannya, agar memberi pendidikan tentang tujuan seni sebagai 'satu-satu jalan yang bisa mengajarkan semua orang untuk hormat terhadap perbedaan'.
Sementara itu, Antropolog Universitas Gajah Mada, Lono Simatupang mengatakan, persoalan seputar patung Putri Duyung ini merupakan bentuk gejolak sosial tentang norma kesusilaan dan keagamaan yang 'meluas ke mana-mana'.
Menurutnya, norma kesusilaan dan keagaman ini kemudian diterapkan pada sebuah karya seni.
"Jadi itu penerapan norma kesusilaan yang pukul rata," katanya saat dihubungi, Selasa (26/03).
Lono juga meragukan keberadaan seni patung Putri Duyung di Ancol mengganggu kenyamanan pengunjungnya. "Jadi mengatasnamakan masyarakat terganggu itu, itu menurut aku agak berlebihan," tambahnya.