Ingin Menang, Jokowi Perlu Perkuat Sektor Ekonomi

Fahreza Rizky, Jurnalis
Rabu 10 April 2019 07:54 WIB
Capres nomor urut 01 Joko Widodo. (Foto: TKN)
Share :

JAKARTA – Debat kelima pemilihan presiden merupakan penetuan. Ini merupakan debat pamungkas yang akan membahas tentang Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri.

Debat Terakhir sangat penting, apalagi topik ekonomi keuangan dan investasi Ini tantangan buat capres 01 Joko Widodo di mana ekonomi hanya tumbuh 5,02 persen. Padahal pada kampanye 2014, Jokowi menargetkan economic growth bisa tumbuh 7 persen, tak terwujud.

Nah, ini bisa berpengaruh pada debat terakhir. Belum lagi current account mata uang rupiah yang terpuruk hingga Rp15.000 pada September 2018.

"Kekuatan sebuah bangsa salah satu indikatornya economic power (kekuatan ekonomi) tetap stabil dan harga bisa terjaga," kata Jerry Massie, pengamat politik sekaligus direktur Kebijakan Publik Indonesian Public Institute (IPI), Rabu (10/4/2019).

(Baca juga: Airlangga Hartarto: Jokowi-Ma'ruf Membuat Indonesia Maju!)

Kalau terpilih, maka Jokowi jangan hanya menitikberatkan sektor infrastruktur, tapi memperkuat sektor ekonomi, bahkan trading market. Jadi, menterinya harus paham terobosan ekonomi, market business plan, pangsa pasar, sampai ramalan ekonomi.

Anggaran infrastruktur 2019 tembus Rp419 triliun hampir menyamai anggaran pendidikan yang mencapai Rp492 triliun atau 20 persen APBN Indonesia. "Jokowi harus punya target and economic plan, jangan ekonomi mentok di 5 persen. Untuk itu, menteri yang kinerjanya lemah perlu diganti atau reshuffle."

Paling tidak, kata Jerry, Jokowi harus belajar terobosan Mahattir Muhammad saat membatalkan megaproyek China yang bernilai USD20 miliar atau sekira Rp281 triliun yang diongkosi. Lantaran Mahatir mengklaim mereka hemat Rp1096 triliun dari 3 megaproyek itu.

Alasan Mahattir membatalkan investasi itu pasalnya bunganya hampir 1 juta ringgit atau sekira Rp3,4 triliun.

Ambisi bangun jalan dan jembatan baik, tapi jangan melupakan sektor ekonomi. Ini urat nadi sebuah bangsa. Memang sisi lemah Jokowi di ekonomi.

(Baca juga: Selisih Tipis dengan Prabowo di Survei Voxpol, TKN: Kami Terus Bekerja Super Ekstra!)

Dibanding pertumbuhan ekonomi di zaman Presiden Gus Dur yang tumbuh 1999 sudah berada di level 0,7 persen atau melompat 3,7 persen. Kendati hampir tiga bulan bekerja, pertumbuhan ekonomi di pengujung setahun berikutnya (2000), perekonomian Indonesia kembali berhasil tumbuh ke level 4,9 persen atau melompat 1,2 persen.

Sedangkan pada 2001, ketika Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun masih berada pada level 3,6 persen. Begitu pula di era SBY, ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen.

Sejatinya periode kedua pertumbuhan ekonomi Jokowi lebih baik, setidaknya mampu menembus 6 persen. Kalau mau menang pilpres, maka ekonomi perlu diperkuat setidaknya Jokowi perlu mereformasi kementerian yang berkaitan dengan perekonomian bahkan BUMN.

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya