JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas meminta seluruh elite politik di koalisi capres-cawapres Pilpres 2019 untuk berperan aktif menurunkan tensi ketegangan antarpendukung. Sebab, sebagai tokoh masyarakat, sudah sewajarnya jika mereka menjadi tauladan bagi para pengikutnya.
“Elite politik, tokoh masyarakat dan pemuka agama harus memberi tauladan kepada masyarakat,” kata Robikin kepada Okezone, Kamis (18/4/2019).
Menurut dia, peran dari elite politik dalam meredam tensi politik yang sempat memanas pada masa kampanye lalu bisa memengaruhi kedua pendukung paslon capres-cawapres dalam menyikapi hasil pesta demokrasi lima tahunan tersebut. sehingga, sikap kenegarawanan mereka akan berpengaruh kepada perilaku masyarakat.
“Karena masyarakat Indonesia itu umumnya masih sangat terpengaruh oleh perilaku para elite, para tokoh dan pemuka agama. Termasuk tokoh berpengaruh di dunia maya, media sosial,” ujarnya.
(Baca Juga: Hasil Quick Count Voxpol Center 100%: Jokowi-Ma'ruf 54,55% dan Prabowo-Sandi 45,45%)
Robikin berharap rencana pengerahan massa secara banyak untuk melawan ketidakadilan dalam berjalannya pemilu tidak akan terwujud. Sebab, kata dia, sudah ada mekanisme hukum yang mengatur ihwal keberatan hasil pemilu, yaitu dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
“Itu cara yang sah di negara hukum demokratik sebagaimana ditentukan UUD 1945. Penggunaan mekanisme konstitusional adalah cermin masyarakat dan bangsa yang berbudaya,” katanya.
(Baca Juga: Usai Pencoblosan, MUI: Masyarakat Harus Tetap Jaga Tali Persaudaraan)
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Jokowi-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai pasangan capres-cawapres peserta Pemilu 2019. Jokowi-Ma’ruf sebagai paslon nomor urut 01 didukung oleh sembilan partai politik, yakni PDIP, Golkar, PKB, PPP, Perindo, NasDem, PSI, PKPI dan Hanura, serta PBB. Sementara Prabowo-Sandi didukung lima gabungan parpol, yaitu Gerindra, PKS, PAN, Demokrat dan Berkarya.
(Arief Setyadi )