Nestapa Guru Ngaji di Tangsel, 12 Tahun Mengabdi Tanpa Insentif Pemerintah

Hambali, Jurnalis
Jum'at 03 Mei 2019 22:06 WIB
Foto: Okezone
Share :

TANGSEL - Pekerjaan mulia para guru ngaji terkadang luput dari perhatian kita semua. Mereka rela menyita waktu demi mendidik ilmu dasar agama, kepada murid-muridnya. Dengan harapan kelak, ilmu tersebut dapat menjadi pondasi kuat yang menuntunnya kepada jalan kebaikan bagi diri pribadi, keluarga, agama dan bangsa.

Dibalik semua itu, sebenarnya apa yang dibaktikan oleh guru-guru ngaji turut membantu pula pekerjaan pemerintah. Di mana terbangun suatu upaya, bahwa segenap masyarakat harus pula mendapatkan pendidikan dasar agama, mendampingi pendidikan umum.

Meskipun diketahui, para guru ngaji itu bekerja tanpa pamrih, tanpa gaji maupun honor. Kebanyakan mereka hanya menerima infaq dari peserta didik, itu pun digunakan untuk keperluan pokok belajar-mengajar seperti membayar tagihan listrik, alat tulis, bahkan hingga keperluan lainnya.

Okezone berusaha menemui salah satu pengurus guru-guru ngaji di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), yakni dari Forum Guru Taman Pendidikan Al-quran (FG-TPQ) tingkat Kecamatan Pamulang. Di sana diperoleh ungkapan yang cukup memprihatinkan, tentang kondisi belajar-mengajar yang berlangsung sejak belasan tahun lalu itu.

 

"Kalau di sini saya ikut mengelola TPQ Al-Falah sejak tahun 2007. Belajarnya ikut gabung di ruangan musala, jadi pakai sekat-sekat agar tak mengganggu yang mau salat. Sekarang ustadzahnya (guru perempuan) total ada 5, dan muridnya sekira 55 orang," ucap Rita Diana, Sekretaris FG-TPQ Kecamatan Pamulang, ditemui di kediamannya, Jalan Pinus 1, Reni Jaya, Pamulang Barat, Pamulang, Tangsel, Jumat (3/5/2019).

Diungkapkannya, selama mengajar ngaji sejak tahun 2007 silam belum ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat. Meski diketahui, ada alokasi anggaran khusus untuk tunjangan insentif para guru ngaji. Sekali-kalinya, kata dia, pada tahun 2011 lalu pernah ada pemberian insentif dari Kementerian Agama sebesar Rp1,8 juta untuk 6 bulan.

"Bantuan insentif dari Kemenag, sekali itu saja dirapel untuk 6 bulan. Kedepan harapan kita sebenarnya ada perhatian dari Pemkot terhadap para guru ngaji ini," jelasnya.

Dilanjutkan Rita, tak diterimanya dana insentif dari Pemkot Tangsel tak memutuskan semangat para guru ngaji untuk terus mengajar. Namun sering kali, dia dan banyak guru lainnya mengaku kesulitan saat harus membayar keperluan kegiatan operasional bagi para santrinya.

"Kita ikut bayar tagihan listrik, membeli alat tulis, buku-buku mengaji. Karena kan nggak tega juga kalau melimpahkan itu kepada orang tua santri, karena di sini banyak juga santri dari keluarga tak mampu. Maka nya infaq lebih sering kita gunakan untuk menutupi kebutuhan belajar mengaji itu," tuturnya.

 

Menurut dia, beberapa waktu lalu FG-TPQ Kecamatan Pamulang merekomendasikan kepada FG-TPQ tingkat Kota, agar membahas tunjangan insentif itu kepada Pemkot Tangsel. Termasuk meminta soal transparansi siapa saja guru ngaji yang diberikan insentif, dan seperti apa kriterianya.

"Dulu pernah pengurus guru ngaji di Pamulang merekomendasikan ke FG-TPQ Kota Tangsel soal itu. Infonya sudah ada pertemuan dengan Pemkot, tapi sampai sekarang seperti belum ada realisasinya," imbuhnya.

Baik Rita maupun guru guru ngaji lainnya tak menampik kabar, bahwa ada sejumlah guru ngaji yang rutin menerima dana insentif. Meskipun informasinya tak diketahui secara luas. Disebutkan, bahwa tak ada transparansi mengenai pemberian dana insentif yang dibagikan oleh tiap-tiap Kecamatan itu.

"Kita pernah dengar ada anggaran untuk guru ngaji, tapi kita nggak tahu guru ngaji yang mana? sosialisasinya juga tidak sampai jelas ke kita. Sebenarnya kalau kita hanya ingin ada transparansi saja, siapa saja yang berhak menerima dan prosesnya bagaimana. Walaupun nilainya kecil, tapi buat para guru ngaji, hal itu sudah merupakan bentuk penghargaan atas pekerjaannya," tukasnya.

Sebenarnya, dana insentif bagi guru ngaji sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Pada tahun 2018 misalnya, dana insentif telah dicairkan kepada masing-masing guru ngaji sebesar Rp300 ribu untuk 3 bulan. Namun untuk pendataannya, sudah dilakukan oleh bidang Kesejahteraan Rakyat Pemkot Tangsel.

Informasi yang dihimpun, jumlah total anggaran bagi program insentif guru ngaji di tingkat Kecamatan Pamulang sendiri mencapai angka sekira Rp1,1 miliar pertahun. Dengan jumlah penerima sebanyak 638 guru ngaji yang sama pada tiap tahunnya.

"Datanya di Pamulang ini ada 638 yang menerima, itu untuk guru ngaji informal. Sebenarnya jumlah riil guru ngaji informal jauh lebih banyak, tapi kita sendiri belum mendata pasti angkanya," terang Hamdani, Sekretaris Kecamatan Pamulang dikonfirmasi terpisah.

Namun Hamdani enggan menjelaskan lebih lanjut, mengenai penunjukan guru-guru ngaji informal yang mendapat kucuran insentif dari Pemerintah. Kata dia, pihak Kecamatan hanya menerima data dalam jumlah yang diserahkan oleh Bidang Kesra Pemkot Tangsel.

"Kita hanya menerima data dalam jumlah itu saja. kalau kriterianya seperti apa guru-guru ngajinya, siapa saja yang dapat, itu pihak Kesra Pemkot sebagai Leading sektornya," tutupnya.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya