Lebih lanjut, kata Saut, jika penilaian rezim saat ini korup karena banyaknya Operasi Tangkap Tangan (OTT) dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka ada beberapa indikator juga yang perlu diperhatikan. Sembilan lembaga internasional sudah menetapkannya.
"Indikator korupsi yang dinilai oleh 9 lembaga international itu compleks pada banyak hal antara lain, soal disiplin ASN/PNS, Dana Publik , Hakim, Jaksa, Polisi, TNI ,Partai Politik, bagaimana Indonesia melaksanaan Pemilu, spt apa penagihan Pajak dan Cukai, pelayanan publik," bebernya.
"Bisa saja yang menganggap perubahan di lembaga tersebut masih belum mencapai kecepatan optimal ,tapi terdapat perubahan di masing-masing Kementeriaan atau lembaga saat ini sejak empat tahun terakhir walau masih bolong-bolong dan KPK terus mencoba mencari pembolong-pembolong itu bersama pemerintah," sambungnya.
Saut menjelaskan indikator terakhir untuk menyimpulkan bahwa rezim saatbini korup. Yakni dengan penilaian Variaties Democracy V-Dem milik Transparancy International (TI).
"Jadi kalau memakai indikator V-Dem maka seperti apa penyelenggara dan parpol sebagai peserta melaksanakan Pemilu (seperti apa egalitarian dari peserta pemilu, panitia yang perform, tingkat partisipasi, deliberative, kebebasan hak pilih dan lain-lain), maka akan jelas lah dibagian mana yang harus kita benahi agar korupsi bisa signifikan menurun dengan kecepatan optimum pada tahun tahun mendatang," ungkapnya.