Menguak Sisi Lain Guru Rumini di Mata Wali Murid SDN Pondok Pucung 02 Tangsel

Hambali, Jurnalis
Kamis 04 Juli 2019 08:27 WIB
Sejumlah Wali Murid SDN Pondok Pucung 02 Tangsel Mendukung Pemecatan Terhadap Guru Rumini (foto: Hambali/Okezone)
Share :

TANGERANG SELATAN - Sejumlah wali murid kompak mendukung pemecatan Rumini (44), salah satu guru honorer di SDN Pondok Pucung 02, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel).

Mereka berkumpul di salah satu ruangan kelas seraya memberikan keterangan, bahwa Rumini dipecat karena sikap dan cara mengajarnya yang tak mencerminkan seorang tenaga pendidik.

Diantara mereka lantas membeberkan fakta demi fakta yang dialami anaknya saat mengikuti pelajaran Rumini di kelas masing-masing. Ada yang dimaki dengan keras, dicerca dengan kata kasar, bahkan hingga kekerasan fisik dengan dilempar batu.

Baca Juga: Kasus Guru Rumini, LPSK Ingatkan Pemkot Tangsel soal Whistleblower 

Seperti dijelaskan salah seorang orangtua siswa bernama Mariamah, anaknya yang duduk di bangku kelas 3B mengaku pernah dilempar dengan batu kerikil oleh Rumini. Akibatnya, bagian kepala berdarah. Meskipun hal itu lantas didamaikan pihak sekolah.

"Anak saya dilempar batu kepalanya hingga berdarah, sampai teman-temannya juga trauma. Bukannya dirangkul, habis dilempar batu, anak saya malah dimarahi," tutur Mariamah kepada Okezone, Rabu 3 Juli 2019.

 

Dia mengaku kecewa dengan cara Rumini mengajar. Menurutnya, seorang guru sekolah dasar harus bisa menenangkan muridnya melalui cara penuh kasih sayang. Bukan sebaliknya, kasar dan menggunakan umpatan.

Wali murid lainnya bernama Endang Sarali mengaku, putranya dijadikan percontohan buruk di antara murid-murid yang lain. Di mana sang anak diminta maju ke depan kelas, sambil dimaki-maki. Tindakan itu, membuat putranya tak mau mendatangi sekolah pada tiap jam pelajaran yang materinya diisi Rumini.

"Kejadiannya waktu Kelas 4, ada tugas dari sekolah. Dia dijadikan contoh di depan kelas, terus dituding Bu Arum (Rumini) sampai trauma, dan enggak mau sekolah lagi. Kalau rugi, saya pak yang rugi. Anak saya bisa sampai trauma," ucap Endang.

Hingga naik kelas 5, anaknya masih mogok pergi ke sekolah. Bahkan disebutkan hanya masuk 2 minggu sekali. Lalu pada kelas 6, anaknya total tidak mau sekolah. Hingga akhirnya dibujuk agar mau masuk sekolah oleh guru berbeda di rumahnya.

"Ceritanya anak saya dia dipanggil ke depan kelas, kata Bu Arum, jangan seperti Abim. Guru harusnya punya tatakrama, tidak dengan cara begitu," sambungnya lagi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya