BANDUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus berupaya mengurangi dampak (mitigasi) kemarau guna mengejar target produksi pangan 2019 di Jawa Barat dan Banten. Karena itu, pada Selasa (6/8/2019) digelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama penanggungjawab Program Upaya Khusus (Upsus) Kabupaten di Jawa Barat (Jabar) dan Banten.
Rakor tersebut dipimpin langsung oleh Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi. Hadir Aster Kasdam III Kodam Siliwangi Kolonel Arh G.T.H. Hasto Respatyo, Kepala Badan Karantina Ali Jamil, Kepala BPSDM Pertanian Dedi Nursyamsi, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar , Hendi Jatnika, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dandim se Jawa Barat dan kepala dinas pertanian kabupaten/kota.
Dalam acara itu Suwandi mengapresiasi surplus luas tanam padi pada Oktober 2018 hingga Juli 2019. Namun demikian, ia meminta kepala dinas dan pihak terkait agar menghitung produksi 2019 mengingat sisa waktu hanya dua bulan lagi dari yang ditentukan.
"Bulan Agustus dan September ini kita harus pacu luas tambah tanamnya agar bisa dihitung panen di bulan November dan Desember tahun ini," ujarnya.
Suwandi optimis luas tambah tanam dapat ditingkatkan sebab saat ini sudah ada delapan Kabupaten di Pantura yang sedang mengalami percepatan tanam padi gogo seluas 56 ribu hektar. Sedangkan untuk di luar wilayah itu diminta agar mencari lahan yang bisa ditanami pada Agustus dan September 2019.
Suwandi menambahkan luas tambah tanam dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan potensi galengan. Yakni dimanfaatkan dengan menanam kedelai di pematang, sehingga swasembada kedelai pun bisa dicapai.
"Kita harus berkomitmen bersama untuk swasembada kedelai. Tahun ini ada program Ditjen Tanaman Pangan untuk kedelai seluas 1 juta hektar. Mari kita optimalkan setidaknya tingkatkan produktivitas sesuai riset litbang sampai mencapai 3,5 ton per hektar," terangnya.
"Bahkan di Bantul bisa mencapai 5,4 ton per hektar dengan varietas Anjasmoro. Tugas kita nantinya merumuskan tata niaga hilirisasi kedelai yang menguntungkan bagi petani," imbuhnya.
Oleh karena itu, Suwandi meminta kepada kabupaten yang target tanamnya masih minus agar dicek kembali updating pendataannya. Penanggung jawab Upsus agar aktif mencari sumber masalahnya.
"Terakhir, ambil langkah solusi untuk menutup kekurangan target dengan tanam padi gogo bulan Agustus September ini," tandasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jabar, Hendi Jatnika menegaskan musim kemarau saat ini ternyata tidak terlalu mempengaruhi produksi padi di wilayahnya. Terbukti luas tanam padi Oktober 2018-Juli 2019 seluas 1,89 juta ha naik sekitar 32.000 ha dibandingkan Oktober 2017-Juli 2018. Begitu pula di Banten luas tanam padi Oktober 2018-Juli 2019 seluas 415.878 ha naik sekitar 1.687 ha dibandingkan Oktober 2017-Juli 2018 sebesar 417.535 ha.
"Upaya penambahan luas tanam terus didorong terutama di lahan yang masih ada sumber airnya," tegasnya.
Hendi optimis percepatan luas tambah tanam guna memenuhi target produksi 2019 dapat dicapai. Pasalnya Kementan telah menurunkan tim Program Upsus di delapan Kabupaten wilayah Pantura, yakni Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Indramayu, Cirebon, Kuningan dan Majalengka.
"Wilayah Jawa Barat masih banyak areal panennya. Bahkan periode Agustus ini panen akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Jadi mudah-mudahan kemarau ini tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi," ucapnya.
"Prioritasnya, kami akan mempertahankan standing crop yang saat ini ada sekitar 450 ribu ha. Pompanisasi juga kami genjot agar mampu meningkatkan kapasitas pengairan," tambah Hendi.
Di tempat yang sama, perwakilan dari Perum Jasa Tirta II Antonius Aris menegaskan pihaknya siap membantu sesuai hasil koordinasi bersama. "Hanya saja perlu kita review kembali penggunaan dan pembagian air jangan berlebih dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di setiap wilayahnya," katanya.
(Abu Sahma Pane)