Perjalanan Haji Raja Mali, Mansa Musa yang Mengubah Sejarah Dunia

Rahman Asmardika, Jurnalis
Sabtu 24 Agustus 2019 08:01 WIB
Foto: Wikimedia Commons.
Share :

BAGI seorang Muslim menjalankan ibadah haji adalah suatu kewajiban, tak terkecuali bagi orang terkaya dalam sejarah, Mansa Musa. Namun, perjalanan penguasa Kerajaan Mali itu ke Tanah Suci bukanlah perjalanan biasa, bahkan dikenal karena memiliki dampak besar pada sejarah dunia.

Mansa Musa adalah cicit dari Sunjata, pendiri Kerajaan Mali. Pada 1312, dia menjadi Raja Mali menggantikan pendahulunya, Abu Bakr II yang hilang saat melakukan perjalanan laut untuk menemukan tepian Samudera Atlantik.

Pada masa itu, Kerajaan Mali berkembang pesat karena sumber daya alam yang besar, termasuk emas dan garam. Di bawah pemerintahan Musa, kerajaan yang makmur itu tumbuh hingga menjangkau sebagian besar Afrika Barat, dari pantai Atlantik ke pusat perdagangan pedalaman Timbuktu dan beberapa bagian Gurun Sahara.

BACA JUGA: Mansa Musa, Orang Terkaya dalam Sejarah yang Mencari Penebusan Dosa

Seiring dengan perkembangan wilayah Mali, berkembang pula kemakmuran rakyat dan perekonomiannya.

Pada 1324, Mansa Musa seorang Muslim yang taat, pergi untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah dan melakukan perjalanan yang membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Dia tidak pergi sendirian, tetapi membawa iring-iringan karavan beranggotakan puluhan ribu prajurit, budak, pembawa kabar dan harta benda luar biasa banyak. Panjang iring-iringan Sang Raja dikisahkan mencapai lebih dari 6.000 kilometer.

Perjalanan Mansa Musa ke Makkah. (Foto: Getty Images)

Menurut sejarawan Nehemia Levztion, Mansa Musa melakukan perjalanan menyusuri Sungai Niger ke Mema, lalu ke Walata, melalui Taghaza dan ke Tuat, yang merupakan pusat perdagangan di Afrika Tengah. Tentu saja iring-iringan besar Mansa Musa menarik perhatian di daerah-daerah yang dilewatinya, bahkan dampak dari melintasnya Mansa Musa di wilayah itu bisa dirasakan oleh penduduk setempat hingga beberapa dekade selanjutnya, terutama dampak pada perekonomian.

Ketika tiba di Mesir, Mansa Musa berkemah di dekat Piramida selama tiga hari. Dia kemudian mengirim hadiah sebesar 50.000 dinar kepada Sultan Mesir sebelum menetap di Kairo selama tiga bulan.

Sultan Mesir meminjamkan istana musim panasnya untuk Mansa Musa dan memastikan bahwa rombongannya diperlakukan dengan baik. Namun, dia Mansa Musa merasa enggan bertemu dengan Penguasa Kairo, Sultan Al Malik Al Nasir, bahkan setelah dibujuk oleh bawahan Al Nasir yang mengundangnya. Musa beralasan bahwa dia hanya melintas di Kairo dalam perjalanannya menuju ke Makkah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya