BMKG: Suhu Udara Panas di Indonesia Terkait Gerak Semu Matahari

Harits Tryan Akhmad, Jurnalis
Selasa 22 Oktober 2019 09:32 WIB
Ilustrasi (Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Dalam beberapa hari terakhir, beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum di sejumlah daerah dapat mencapai 37 derajat Celsius, sejak 19 Oktober 2019.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono R Prabowo menerangkan, berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu matahari.

"Seperti yang kita ketahui pada September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember. Sehingga pada Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dsb)," kata Mulyono, Selasa (22/10/2019).

Menurut Mulyono, kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga meningkatkan suhu udara pada siang hari.

Selain itu, pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

"Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara," ucapnya.

Berdasarkan tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi, yaitu Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) suhu udara mencapai 38,8 derajat Celsius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat Celsius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat Celsius. Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir. Pada periode Oktober 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celsius.

Stasiun-stasiun meteorologi yang berada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 hingga 36,5 derajat Celsius pada periode 19-20 Oktober 2019.

Mulyono menerangkan, gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya