LA PAZ – Presiden Evo Morales telah dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan umum Bolivia oleh pengadilan pemilihan umum negara Amerika Latin itu. Pengadilan Pemilihan Umum Bolivia (TSE) mengatakan bahwa Morales mendapatkan 47,1% suara dengan 99,9% suara yang telah dihitung, sehingga tidak perlu dilakukan pemilihan putaran kedua.
Pengumuman itu disampaikan di tengah munculnya klaim adanya kecurangan dalam pemilihan yang digelar pada Minggu, 20 Oktober, setelah terjadinya penghentian penghitungan suara selama 24 jam.
BACA JUGA: Hasil Survei, Presiden Evo Morales Gagal Pimpin Bolivia
Calon presiden yang berada di peringkat kedua, Carlos Mesa telah menyerukan digelarnya pemilihan putaran kedua. Seruan serupa juga disuarakan oleh negara asing, Amerika Serikat (AS), Brasil, Argentina, dan Kolombia.
Menurut angka di laman TSE yang dilansir BBC, Mesa mendapatkan 36,51% suara.
Angka-angka itu memberi Morales margin kemenangan lebih dari 10%, yang berarti putaran kedua pemungutan suara tidak perlu dilakukan berdasarkan undang-undang pemilihan Bolivia.
Carlos Mesa. (Foto: AFP)
Seorang juru bicara TSE mengatakan 0,01% suara telah dibatalkan di wilayah Beni dengan pemungutan suara baru dijadwalkan untuk November. Dia menambahkan bahwa suara ini tidak cukup untuk mengubah hasil pemilu.
Beberapa jam setelah tempat pemungutan suara ditutup pada Minggu, TSE merilis hasil pertama dari penghitungan cepat yang mengarah pada digelarnya putaran kedua. Namun, situs TSE kemudian berhenti melakukan pembaruan selama 24 jam dan ketika akhirnya kembali diperbaharui, Morales memimpin lebih dari 10 poin persentase.
Pengamat dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menyatakan keprihatinan atas perubahan dramatis hasil hitungan itu. Morales menuduh para pengamat memfitnahnya dengan mengungkapkan keprihatinan mereka atas pemungutan suara.
BACA JUGA: Dideteksi Menderita Tumor, Presiden Bolivia Jalani Operasi Darurat
Telah terjadi protes di seluruh negeri sejak Senin, menyusul dirilisnya hasil penghitungan suara. Kantor pemilihan di Sucre dan Potosi dibakar, sedangkan pada Rabu terjadi pemogokan umum.
Mesa telah mendesak para pendukungnya untuk melanjutkan aksi protes dan menuduh pengadilan pemilihan memanipulasi penghitungan untuk membantu Morales menang. Banyak warga Bolivia mengatakan mereka tidak lagi percaya pada otoritas pemilu.