MANILA - Seorang ratu kecantikan asal Iran yang telah ditahan di bandara Ninoy Aquino Manila, Filipina sejak 17 Oktober saat mencari suaka di Filipina mencurahkan hatinya soal ketakutannya kembali ke negaranya hingga masalah gangguan mental.
"Saya tidak dalam kondisi baik," kata Bahareh Zare Bahari (31) mengutip The Guardian. “Rambut saya mulai rontok, dan dalam kondisi buruk karena stres. Kadang-kadang secara mental saya sakit. "
"Aku tidak punya privasi di sini," tambahnya, "karena tidak ada pintu di kamar, jadi aku selalu khawatir ketika aku ingin mengganti pakaianku."
Bahari terjebak di bandara Manila sejak Iran mengeluarkan peringatan merah atau red notice Interpol, mengklaim ratu kecantikan itu telah menyerang seorang warga Iran di Filipina.
Dia telah mengatakan kepada The Telegraph via Fox News, bahwa tuduhan itu adalah "kebohongan besar," dan pemerintah Iran mengejarnya karena aktivisme politiknya dan advokasi untuk hak-hak perempuan.
Seorang pejabat Filipina mengatakan pihak berwenang tidak mengetahui dugaan serangan itu.
"Satu-satunya alasan dia ditahan di bandara - dan kami benar-benar tidak menyebutnya penahanan, itu benar-benar menahannya memasuki wilayah Filipina, hanya karena pemberitahuan merah yang dikeluarkan terhadapnya," kata Markk Perete, wakil dari Departemen Kehakiman Filipina.
Bahari, sudah empat minggu berada di bandara. Menulis di Facebook, ia mengatakan jika Filipina memberikannya suaka, dia akan meminta penjagaan khusus dan tempat tinggal yang aman.
"Tidak mungkin [untuk] memberi saya ID dan mengatakan pergi ke rumah Anda tanpa keamanan," tulisnya.
"Situasi saya tidak seperti sebelum 17 Oktober ... Karena ada banyak [pembunuh] di sini di Filipina bahwa siapa pun dapat memerintahkan mereka untuk menyelesaikan [yang lain]. Dan rezim Iran pasti akan melakukan itu."
Bahari mengatakan kepada The Guardian bahwa dia tidur di kamar yang terus menyala dan harus mencuci di toilet umum.
"Semua dinding di sini putih, tempat tidur putih, semuanya putih ... Selalu ada cahaya di sini," katanya. "Ketika saya memeriksa ponsel saya, saya tidak bisa mengerti apakah itu 7 pagi atau 7 malam. Saya kehilangan waktu, terkadang saya kehilangan akal. "
Bahari merupakan mahasiswa kedokteran gigi di Filipina sejak ia meninggalkan Iran pada 2014 karena terbatasnya bagi wanita untuk melanjutkan studi di Iran, ia menulis dalam biografinya untuk kontes Miss Intercontinental 2018.
Dia memicu kontroversi awal tahun ini ketika dia menampilkan foto Reza Pahlavi, putra Shah di Iran yang terakhir di pengasingan, dalam sebuah kontes kecantikan. Dia menggunakan foto itu karena "semua berita dan media mengabaikan orang-orang [seperti] saya," kata Bahari.
Dia terus berbicara tentang hak-hak perempuan Iran minggu ini.
"Ketika saya keluar dari Iran saya mulai menjadi suara rakyat saya, terutama wanita," kata Bahari. “Saya selalu berpikir, Bagaimana saya bisa membuat suara saya lebih keras? Jadi saya memutuskan untuk berpartisipasi dalam kontes kecantikan. Saya pikir ini kesempatan baik untuk berbicara tentang politik," tuturnya.
Dia mengatakan alasan sebenarnya Iran menginginkannya karena rezim saat ini menentang aktivis politik dan anti-perempuan."
"Mereka berusaha membungkam saya, menakut-nakuti wanita lain di Iran agar diam," kata Bahari.
"Para wanita Iran bosan dengan rezim ini yang tidak memberikan kebebasan dasar. Ketika mereka berada id jalan-jalan, polisi syariah menghentikan mereka dan membawa mereka ke kantor polisi [dan bertanya] 'Mengapa kamu memakai pakaian seperti itu?' Kita seperti di penjara.”
Bahari mencari suaka karena dia tidak ingin dipaksa naik pesawat kembali ke Teheran, katanya kepada The Guardian.
"Saya tidak butuh uang pemerintah, saya bisa berdiri sendiri," tambahnya. "Aku hanya butuh tempat yang aman untuk melanjutkan hidupku."
(Rachmat Fahzry)