Kondisi panas ini disebabkan adanya adanya kandungan uap air (RH) yang cukup besar di udara. Hal ini menyebabkan adanya proses penguapan hingga pembentukan awan. Adanya penutupan awal ini, menyebabkan radiasi balik bumi ke atmosfer tertahan oleh awan. Akibatnya, tidak bisa keluar bebas ke angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi.
“Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di bumi terasa lebih gerah,” ujarnya.
Hasil pantauan curah hujan hingga dasarian 3 bulan November, kata Etik, hujan di wilayah Yogyakarta umumnya hujan yang terjadi masih spot-spot tertentu atau belum merata. Hujan paling banyak terjadi di wilayah Sleman dan Kulonprogo khususnya bagian utara hingga tengah. Dari catatan di BMKG Staklim Mlati, curah hujan mencapai di atas 50 mm/dasarian.
“Diprediksi curah hujan sedikit demi sedikit akan mulai meningkat dibulan Desember,” tuturnya.
Bila dilihat dari kondisi iklim, maka curah hujan hingga akhir November ini masih kategori rendah-menengah. Dibandingkan dengan kondisi normal, maka musim hujan tahun ini mengalami kemunduran hingga 2-3 dasarian. Untuk itulah masyarakat harus mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan dibulan Desember ini. Khususnya hujan dalam kategori sedang hingga lebat yang berpotensi disertai petir dan angin kencang.