BAGHDAD - Para pengunjuk rasa yang telah berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Irak untuk hari kedua telah mundur dari daerah itu setelah ketegangan yang terjadi. Pada Selasa, kedutaan itu diserang oleh kerumunan yang marah oleh serangan udara AS yang menargetkan milisi yang didukung Iran.
Bentrokan berlanjut pada Rabu ketika demonstran melemparkan batu, sementara pasukan AS menembakkan gas air mata. Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran, dua sponsor utama Pemerintah Irak.
BACA JUGA: Kedubes AS Dibobol Massa, Presiden Irak: Melanggar Perjanjian International
Serangan pada Selasa itu telah memicu perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Situasi itu juga diprediksi akan meningkatkan ketegangan di kawasan setelah menteri pertahanan AS mengumumkan pengerahan pasukan tambahan ke wilayah tersebut.
Pada Rabu malam, Pemerintah Irak mengumumkan bahwa semua kelompok pengunjuk rasa telah menarik diri dari perimeter kedutaan besar AS di Baghdad menyusul permohonan untuk menenangkan situasi.
Namun, sekelompok kecil demonstran mulai membangun perkemahan di depan sebuah hotel terdekat, demikian diwartakan BBC, Kamis (2/1/2020).
Washington menuduh Iran mengatur terjadinya protes di kedutaan AS di Baghdad dan mengancam akan mengambil tindakan keras jika ada korban personel AS yang jatuh, namun Teheran membantah tuduhan tersebut. Pemimpin Besar Iran Ayatolah Ali Khamenei merespons ancaman Trump dengan mengatakan bahwa AS “tidak dapat melakukan apa pun”.
BACA JUGA: Pedemo Merangsek Masuk Kedubes AS di Irak, Terdengar Suara Tembakan
Kedutaan itu adalah salah satu misi diplomatik AS terbesar di dunia dan salah satu yang paling dijaga ketat. Saat ini ada sekira 5.000 tentara AS di Irak yang terlibat dalam operasi anti- ISIS dan misi pelatihan dengan pasukan keamanan Irak.
Protes pada Selasa terjadi setelah pemakaman diadakan untuk pejuang milisi yang tewas dalam serangan AS.