CANBERRA – Lebih 2 ribu rumah hancur akibat kebakran hutan semak yang melanda Australia selama berbulan-bulan.
Mengutio ABC Australia, Rabu 8 Januari 2020, Dinas Pemadam Kebakaran Negara bagian New South Wales (RFS), mengatakan sudah ada 1.588 rumah di wilayah itu yang hancur.
Sementar di negara bagian Victoria, Menteri Utama Daniel Andrews mengatakan sedikitnya 200 rumah musnah terbakar.
Angka ini diperkirakan akan meningkat, setelah berwenang selesai melakukan pengecekan secara menyeluruh.
Baca juga: Seorang Pria Pertaruhkan Nyawa demi Selamatkan Koala
Baca juga: Darurat Kebakaran Hutan Diberlakukan, WNI di Victoria Australia Diminta Lebih Waspada
Dewan Asuransi Australia (ICA) memperkirakan kerusakan akibat kebakaran semak sejak bulan September hingga saat ini telah mencapai AU$ 700 juta (sekira Rp7 triliun).
Sudah ada 8.985 pengajuan klaim asuransi dan angkanya diperkirakan akan meniingkat secara signifikan.
Hari Senin malam, hujan turun di sebagian New South Wales dan RFS menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkuat usaha mereka menanggulangi api.
Tapi diperkirakan suhu udara akan kembali meningkat, bahkan kembali mecapai 40 derajat di akhir pekan mendatang.
Peramal cuaca dari Biro Meteorologi Australia (BOM), Dean Sgarbossa, mengatakan suhu dingin hanya akan bertahan sampai hari Jumat, sebelum kemudian memanas lagi dimulai dari Australia Selatan, bergerak ke Victoria dan New South Wales.
Suhu diperkirakan akan di atas 30 derajat Celcius di kawasan garis pantai, sementara di daerah pedalaman bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, seperti di kawasan seperti Griffith, Hay dan Broken Hill.
Dean mengatakan kondisi akan mirip dengan yang terjadi hari Sabtu pekan lalu. Sementara di Victoria, hujan yang turun selama dua hari terakhir memperlambat gerak api yang masih membakar di beberapa tempat dan sejauh ini sudah menghanguskan 1,2 juta hektar lahan.
Suhu udara hari Sabtu lalu mencapai rekor baru 48.9 derajat Celcius yang tercatat di Penrith, dekat kota Sydney, yang menjadikannya terpanas di kawasan New South Wales sejak tahun 1939.
Menurut Dean suhu udara di Australia selama beberapa bulan terakhir memang 'kering dan pans', hal yang tidak biasa, menyebabkan kebakaran.
"Kita sekarang mulai melihat penumpukkan uap air di bagian Barat Daya Australia Barat dan nantinya bisa menyebabkan hujan dan pembentukan awan dalam bulan mendatang," katanya.
(Rahman Asmardika)