JAKARTA - Sebanyak 78 Warga Negara Indonesia (WNI) dalam kapal pesiar Diamond Princess yang sedang dikarantina di Jepang dinyatakan negatif terinfeksi virus korona. Salah satu WNI yang bekerja di kapal itu berbicara soal kesehariannya, termasuk kekhawatirannya.
Kru bernama Sasa ini mulai bekerja di kapal pesiar Diamond Princess awal November 2019. Dia tadinya ragu untuk memberikan informasi tentang kondisi di dalam kapal.
"Mohon maaf, Sasa belum berani memberi informasi karena masa karantina kita belum selesai," katanya kepada Hellena Souisa dari ABC.
Baca Juga: Anaknya Pulang dari Natuna, Orangtua Harap Tak Ada Stigma Negatif Masyarakat
Namun, akhirnya dia bersedia menceritakan keseharian dan perasaannya selama menjalani karantina di atas kapal.
Bekerja seperti Biasa Walau Khawatir
"Kami bekerja seperti biasa. Hanya saja semua penumpang tidak diperbolehkan ke luar dari kamar mereka, kecuali yang kamarnya tidak berjendela," ujar Sasa.
Meski diperbolehkan ke luar kamar, menurut Sasa, ada batas waktu untuk para penumpang ini. Sasa yang bekerja di restoran kapal tersebut mengaku, ia bekerja seperti biasa dengan melayani para penumpang melalui telepon dan mengantarkan makanan ke kamar mereka.
Inilah yang membuat Sasa sedikit khawatir akan kesehatannya sendiri. "Kami para WNI ini harus bekerja di lingkungan orang-orang yang positif terinfeksi korona," katanya.
"Bahkan setelah orang-orang yang terinfeksi dipindahkan ke rumah sakit, kita masih belum tahu apakah penumpang yang lain atau kru yang belum diperiksa kesehatannya, betul-betul sehat atau tidak," ujarnya.
Baca Juga: Observasi WNI Selesai, Pemerintah Beri Penghargaan untuk Masyarakat Natuna
Apalagi, sudah mulai ada orang yang dinyatakan positif korona walaupun tidak mengalami gejala tersebut.
Kru Kapal Belum Diperiksa
Pemeriksaan kesehatan memang diprioritaskan untuk para penumpang. "Kami semua kru belum diperiksa. Sekarang masih banyak penumpang yang harus diperiksa. Para penumpang terlebih dahulu, dan kru belum," ujarnya.
"Jadi, hanya orang yang mengalami gejala terinfeksi korona dan demam tinggi saja yang diperiksa, selebihnya kru belum diperiksa," tambahnya.
Namun, Sasa menceritakan bahwa para kru dibekali termometer untuk mengukur suhu tubuh mereka setiap hari. "Kalau suhu tubuh kami di atas 37 derajat celcius, kami diharuskan melapor," ujarnya.