AMMAN – Rencana Israel untuk membangun rel dan stasiun kereta di bawah Kota Tua Yerusalem mengundang kritik dari pihak Yordania.
Pada Senin, 17 Februari 2020, Menteri Transportasi Israel mengatakan bahwa sebuah rute baru yang merupakan lanjutan dari jalur kereta cepat antara Tel Aviv dan Yerusalem telah disetujui. Terowongan sepanjang tiga kilometer untuk rute baru itu akan mengarah ke Dinding Ratapan, situs yang dianggap paling suci agama Yahudi, di bagian timur Yerusalem yang diduduki.
BACA JUGA: Setelah 25 Tahun, Yordania Akhiri Perjanjian Sewa Wilayah dengan Israel
Yordania menyebut langkah ini sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional".
Juru bicara Kementrian Luar Negeri Yordania, Daifallah al-Fayez, menyerukan agar komunitas internasional "menjalankan tanggung jawab untuk menghentikan langkah-langkah Israel yang tidak sah dan melanggar hukum".
Yordania punya tanggung jawab khusus untuk mengawasi situs suci Muslim Yerusalem termasuk kawasan di belakang Dinding Ratapan yang dikenal oleh kaum Muslim sebagai al-Haram al-Sharif melalui yayasan yang dikenal dengan nama Waqf.
Kawasan itu dikenal sebagai Temple Mount oleh kaum Yahudi.
Status Yerusalem ini merupakan salah satu inti persoalan konflik Israel-Palestina.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota mereka yang "abadi dan tak terbagi" sementara Palestina beranggapan bahwa Yerusalem Timur. - yang diduduki oleh Israel sesudah perang Timur Tengah tahun 1967, merupakan ibu kota mereka di masa depan.
BACA JUGA: Yordania Ingin Israel Kembalikan Tanah yang Disewa pada 1994
Israel berencana untuk mengembangkan jalur cepat Tel Aviv-Yerusalem hingga ke Dinding Ratapan yang mengundang jutaan pengunjung dan peziarah setiap tahunnya. Rencana itu diresmikan pada 2017 oleh Menteri Transportasi Israel Katz.
Katz juga mengatakan stasiun di bawah Kota Tua akan dinamakan stasiun Donald Trump yang secara kontroversial mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017.
Dewan Perencanaan dan Pembangunan Nasional tidak mengumumkan rincian rute kereta tersebut. Rute itu dilaporkan akan melibatkan pembangunan dua stasiun bawah tanah dan menggali terowongan di bawah tanah pusat kota Yerusalem.
Menteri Trasnportasi Israel, Bezalel Smotrich menggambarkan rencana itu sebagai "historis" dan menyatakan "sangat bermanfaat bagi warga Israel dan jutaan wisatawan yang datang ke Yerusalem".
"Kita juga sukses mempromosikan agenda Zionis dan Yahudi," katanya sebagaimana dilansir BBC, Jumat (21/2/2020).
Bulan November lalu, pihak berwenang Israel menyetujui rencana untuk membangun jaringan kereta gantung yang akan membawa pengunjung sejauh 1,4 km dari Yerusalem Barat ke Dinding Ratapan.
Pihak berwenang mengatakan proyek ini akan mengurangi kemacetan, tetapi para pengkritik mengatakan ini akan merusak lanskap Kota Tua, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.
(Rahman Asmardika)