DELHI – Kualitas polusi udara di India merosot ke level terendah selama karantina wilayah alias lockdown dampak pandemi virus corona.
Mengutip Daily Mail, Selasa (31/3/2020) Indeks Kualitas Udara (AQI) di kota Delhi, ibu kota India, berada di bawah level 50, atau baik. Lebih dari 90 kota di India juga mencatat tingkat polusi udara rendah selama periode yang sama.
Baca juga: Lockdown India Picu Eksodus Massal dan Tragedi Kemanusiaan
Baca juga: Lockdown Covid-19 Berdampak Parah, PM India Minta Pengampunan Rakyatnya
Meskipun kualitas udara membaik, warga Delhi tidak dapat menikmatinya karena mereka terkurung di dalam rumah akibat virus corona menyebar ke seluruh dunia.
Clear New Delhi skies this afternoon amidst nationwide lockdown in India. #COVID19 #NoFilter pic.twitter.com/yfbUdTUBDN
— Aditya Raj Kaul (@AdityaRajKaul) March 27, 2020
India, dengan memiliki populasi sekitar 1,3 miliar orang, mencatat 1.071 kasus infeksi Covid-19, dan 29 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins per Selasa (31/3/2020).
"Ironis bahwa virus corona telah menyebabkan penurunan besar dalam polusi kendaraan (untuk membantu paru-paru kita menghirup udara bersih lagi) di Delhi, tetapi akan menyerang paru-paru jika kita tidak berhati-hati?" tulsi seorang warganet India di Twitter.
"Hari yang indah di Delhi," tulis yang lain.
"Polusi [udara] di Delhi berkurang dari hari ke hari dan itu semua karena virus corona," tulis yang lain.
Delhi mendominasi berita utama pada 2019 karena mencatat tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Pada November 2019, polusi udara di Delhi menlonjak ke tingkat berbahaya, di mana kabut abu-abu beracun menutupi langit Delhi.
Bahkan pemerintah setempat menyatakan darurat kesehatan masyarakat, dengan menutup penerbangan dan sekolah.
“Menghirup udara di Delhi selama satu hari setara dengan merokok setidaknya 25 batang rokok”, menurut Time.
India memberlakukan lockdown total pada Selasa, 24 Maret melarang orang-orang meninggalkan rumah mereka selama tiga pekan. Semua bisnis yang tidak penting telah ditutup dan hampir semua pertemuan publik dilarang.
Proseur ini memicu Ini eksodus dari kota-kota besar seperti Delhi, di mana ribuan pekerja migran berangkat dalam perjalanan panjang kembali ke desa asal mereka setelah transportasi dihentikan. Pada Sabtu, 28 Maret, seorang pekerja meninggal setelah berusaha berjalan sejauh 270 km kembali ke rumah.
(Rachmat Fahzry)