KINSHASA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa wabah Ebola di wilayah timur laut Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) yang telah merebak sejak Agustus 2018 telah berhasil diakhiri. Meski begitu, Kongo masih berusaha mengakhiri wabah Ebola lain yang melanda bagian barat laut negara itu.
Kongo telah mengalami 11 wabah Ebola sejak virus itu ditemukan pertama kali di dekat Sungai Ebola pada 1976. Wabah yang terbaru, atau yang ke-11, diumumkan pada 1 Juni di Mbandaka setelah enam pasien Ebola, lima di antaranya meninggal, ditemukan di Kota perdagangan berpopulasi 1,5 juta jiwa itu.
The end of the #Ebola outbreak in Northeastern #DRCð¨ð© is officially announced by DRC Health Minister @LongondoEteni! ð¥³Congratulations to the DRC govt, @MinSanteRDC & the people of DRC for this victory over one of the longest & deadliest Ebola outbreaks in history. pic.twitter.com/BfZbHmXnQ9
— WHO African Region (@WHOAFRO) June 25, 2020
Penyakit itu menimbulkan gejala-gejala seperti demam, dibarengi dengan sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi. Biasanya muncul 5 sampai 7 hari setelah gejala pertama terjadi.
Tingkat kematian virus Ebola sangat tinggi, sekira 50% dari pasien yang terinfeksi.
Agar wabah dinyatakan berakhir, harus ada periode 42 hari sejak kasus positif terakhir dinyatakan negatif dan dikeluarkan dari rumah sakit, demikian diwartakan BBC.
Wabah di timur laut Kongo berlangsung selama 23 bulan, menginfeksi 3.463 orang dan menyebabkan 2.280 di antaranya meninggal.
(Rahman Asmardika)