MANADO - Selama 20 tahun, Katrina Tahendong (71) hidup di sebuah gubuk di tengah perkebunan yang berada di Kampung Mayondi, Lingkungan III, Kelurahan Kombos Timur, Kecamatan Singkil, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Di Gubuk yang hanya terbuat dari kayu sudah lapuk, dan beratapkan seng yang sudah bocor sana-sini, wanita asal Kabupaten Kepulauan Sangihe itu tinggal sehari-harinya sendirian, tanpa listrik maupun MCK. Dia pun hanya tidur di atas dipan kayu.
Awalnya Oma Katrina tinggal bersama suaminya. Setelah suaminya meninggal dua tahun lalu, dia hanya tinggal di gubuk yang tidak layak untuk ditinggali di tengah perkebunan milik dari keponakannya itu ditemani tiga ekor anjing miliknya.
Untuk hidup sehari-hari, Katrina hanya berharap belas kasihan dari tetangga yang memberinya makanan masak, itu pun tidak setiap hari, selebihnya dia hanya makan dari hasil kebun berupa ubi.
"Saya membuat sapu lidi untuk dijual, hasilnya buat beli beras, sapu dijual seharga Rp10 ribu, sehari bisa laku dua. Kalau tidak laku, tidak ada uang beli beras untuk makan ya saya makan ubi," ujar Katrina, Senin (3/8/2020).
Katrina sebenarnya memiliki keluarga, namun dia lebih memilih tinggal sendiri, tidak mau membebani keluarganya. Selain itu, dia mempunyai seorang kakak dan adik, namun kondisinya juga sama, apalagi kakaknya juga tinggal di gubuk yang tidak layak disebut sebagai tempat tinggal.
Kini, gubuk reyotnya mulai rusak, bahkan beberapa atap sengnya sudah banyak yang jatuh. Sejak dua bulan terakhir dia sudah tidak lagi tidur di gubuk. Untunglah ada tetangganya yang bersedia membantunya, kalau siang hari dia beraktifitas di gubuknya, malam hari dia istirahat di rumah tetangganya, Yunita Hormati yang senantiasa merawat Oma Katrina.