Sementara itu, Wyd mengaku uang dari pedagang saat ini masih berada di koperasi. Namun uang tidak bisa dicairkan karena koperasi kolaps. Sementara, tabungan itu diambil setiap menjelang Idul Fitri. Dirinya menarik uang pedagang minimal sehari Rp2 ribu. “Saya muter, tiap pedagang bervariasi ada yang Rp2 ribu, Rp10 ribu hingga Rp100 ribu,” ucap Wyd.
Setelah terkumpul, dirinya menyerahkan uang kepada koperasi. Pihak koperasi, kata Wyd, melakukan jemput bola untuk mengambil setoran. “Setelah saya muter, kemudian daya setorkan ke koperasi simpan pinjam itu,” paparnya. Dirinya di koperasi itu tidak memiliki jabatan apapun. Posisinya hanya menjadi anggota koperasi sejak lima tahun lalu.
Uang terkumpul, ia masukkan ke deposito koperasi tersebut. “Katanya koperasinya kolaps, tidak bisa mengembalikan karena wabah COVID-19 ini,” tuturnya. Wyd merasa juga menjadi korban dari koperasi itu. Dirinya juga berupaya menekan agar koperasi bisa mengembalikan uang deposito. “Setelah saya tekan, cuma bisa mencicil uang deposito ini Rp27,5 juta,” kata dia.
(Angkasa Yudhistira)