“Demikian pula, hewan yang kalah dalam pertandingan mengalami emosi negatif dan kurang mengambil bagian dalam kontes di masa mendatang. Efek bawaan ini dapat menyebabkan perilaku mal-adaptif,” lanjutnya.
“Stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respons emosional dapat memengaruhi hampir semua keputusa, berpotensi dengan konsekuensi hidup atau mati,” urainya.
“Misalnya, apakah gemerisik daun itu predator atau angin? Hewan yang gelisah mungkin akan menafsirkan gemerisik sebagai predator dan melarikan diri,” ujarnya.
“Suasana hati ini adaptif ketika kecemasan itu relevan, misalnya, jika itu disebabkan oleh pengalaman serangan predator sebelumnya. Tapi mood maladaptif jika dipicu oleh hal lain, misalkan kalah dalam kontes,” tambahnya.
“Dalam keadaan ini, ketika dasar emosional dari keputusan tidak terkait dengan keputusan itu sendiri, kami memprediksi pengambilan keputusan yang mal-adaptif,” terangnya.
Sementara itu, penulis makalah dan pakar perilaku hewan Gareth Arnott dari Queen’s University Belfast mengatakan peneliti perilaku hewan biasanya tidak mempertimbangkan emosi hewan.