Akibat Pandemi Covid-19 dan Selebriti yang Bunuh Diri, Jepang Catat Peningkatan Wanita Bunuh Diri Hingga 88%

Susi Susanti, Jurnalis
Kamis 31 Desember 2020 06:05 WIB
Foto: Shutterstock
Share :

Menurut Kepala pusat konseling organisasi Katsuyoshi Shingyouchi, konselor sangat memperhatikan tanda-tanda khusus yang diberikan klien dalam menilai tingkat risikonya. Ini termasuk apakah mereka mengungkapkan niat yang kuat untuk bunuh diri daripada keinginan yang tidak jelas, menunjukkan metode, seperti menggantung diri, atau menentukan tempat dan tanggal bunuh diri.

Jika konselor menilai klien berisiko tinggi untuk bunuh diri, mereka melaporkan kasus tersebut ke polisi. Nantinya polisi akan meminta perusahaan telekomunikasi untuk mengungkapkan informasi pribadi tentang individu tersebut.

“Saya berbicara dengan staf saya sekitar Agustus jika mungkin ada sesuatu yang terjadi, karena jumlah kasus yang kami laporkan ke polisi meningkat,” terangnya.

Bulan berikutnya, pusat konseling melihat lonjakan jumlah orang yang mengakses layanan konsultasi media sosialnya setelah kematian aktris populer Yuko Takeuchi karena bunuh diri. Angkanya tercatat melonjak dari sekitar 200 orang menjadi sekitar 1.800 orang dalam sehari tak lama setelah kematiannya.

Selebriti lain yang bunuh diri yakni Takeuchi, 40, pada akhir September dan aktor Haruma Miura, 30, pada Juli lalu.

“Mereka yang hampir tidak bertahan di bawah tekanan pandemi mungkin telah melepaskan diri, kemungkinan didorong oleh tindakan bunuh diri oleh aktor terkenal dan laporan berita tentang mereka,” terang Shimizu dari JSCP.

Jumlah kasus bunuh diri di Jepang menurun setiap tahun dalam 10 tahun hingga 2019. Namun, akumulasi angka dari Januari hingga November tahun ini mencapai 19.225 orang, semakin dekat dengan total 2019 sebanyak 20.169 orang.

Shimizu pun menyarankan pemerintah harus mempertimbangkan persyaratan kelayakan untuk pembayaran kesejahteraan guna membantu orang mengatasi kesulitan akibat pandemi.

Dia juga ingin informasi tentang sistem kesejahteraan juga perlu dipublikasikan secara lebih agresif sehingga orang yang membutuhkan memahami bagaimana sistem dapat membantu mereka.

Shimizu juga ikut berkiprah menasihati sekelompok anggota parlemen yang bertugas mencegah bunuh diri.

“Jika orang-orang dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk bantuan darurat atau tindakan dukungan lainnya, mereka tidak boleh mendapat kesan bahwa hidup mereka telah berakhir. Sebagai upaya terakhir, selalu ada pembayaran kesejahteraan,” katanya.

Terkait pengaruh laporan media terhadap bunuh diri selebriti, Shimizu mengatakan media besar tampaknya menjadi lebih berhati-hati dalam cara melaporkan, sejalan dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun masih dibutuhkan perbaikan di internet dan media sosial (medsos).

“Sangat penting untuk mengembangkan sistem yang mencegah laporan sensasional terus menyebar,” tegasnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya