Dipancing Israel, Trump Mungkin Lancarkan Serangan Sembrono ke Iran

Rahman Asmardika, Jurnalis
Senin 04 Januari 2021 10:28 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: Reuters)
Share :

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat mengambil tindakan militer "sembrono" terhadap Iran di hari-hari terakhirnya menjabat, demikian diperingatkan para pengamat militer. Hal itu disampaikan di tengah ketegangan antara Teheran dan Washington pada peringatan setahun pembunuhan Jenderal Iran, Qassem Soleimani, Minggu (3/1/2021).

Dalam sebulan terakhir, AS telah menerbangkan pengebom B-52 ke Teluk sebanyak tiga kali, sebagai langkan pencegahan serangan balasan Iran pada peringatan pembunuhan tersebut.

BACA JUGA: AS Klaim Tewaskan Komandan Pasukan Elite Iran dalam Serangan di Baghdad

Namun, dengan sisa waktu kurang dari sebulan di Gedung Putih, Trump berada di bawah tekanan dari sekutunya di Timur Tengah, Arab Saudi dan Israel, untuk mengambil tindakan terhadap Iran, demikian kata Danny Postel, asisten direktur Pusat Studi Internasional dan Kawasan. di Universitas Northwestern.

“Trump adalah hewan yang sangat terluka dan sangat terpojok dalam skenario permainan akhir. Dia punya beberapa minggu lagi, dan kita tahu dia mampu melakukan perilaku yang sangat tidak menentu," kata Postel, pakar kebijakan luar negeri Iran dan AS, kepada Al Jazeera dalam sebuah wawancara.

"Ini mungkin kasus yang paling tidak menentu, serangan paling sembrono masih akan datang."

Pada Sabtu (2/1/2021), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berkata bahwa "Intelijen baru dari Irak menunjukkan bahwa agen-provokator Israel sedang merencanakan serangan terhadap orang Amerika, menempatkan Trump yang akan lengser terikat dengan casus belli palsu."

BACA JUGA: Tinggal 2 Bulan Berkuasa, Trump Pertimbangkan Serangan Militer ke Iran

Casus belli adalah bahasa lain untuk mendeskripsikan tindakan atau kejadian yang memprovokasi atau membenarkan diumumkannya perang.

Tanpa memberikan bukti, Zarif memperingatkan Trump untuk berhati-hari akan jebakan.

“Setiap kembang api akan menjadi bumerang yang buruk, terutama terhadap BFF yang sama (sahabat selamanya),” kata Zarif dalam cuitan di Twitter.

Kekhawatiran akan potensi perang antara Iran dan AS tetap mengemuka karena Trump, yang masih menolak mengakui kemenangan Joe Biden, diketahui telah meminta saran militer untuk melakukan serangan terhadap Iran, beberapa hari setelah kekalahannya di Pilpres AS.

Trita Parsi, wakil presiden eksekutif Quincy Institute for Responsible Statecraft, sebuah wadah pemikir (think tank) di Washington, DC, mengatakan Trump juga memiliki basis pendukung yang dapat mendorong konfrontasi militer dengan Iran.

Parsi mengatakan bahwa dengan rumor mengenai rencana Trump untuk mencalonkan diri pada 2024, dia bisa memutuskan untuk memulai perang dengan Iran. Langkah ini selain untuk secara permanen merusak perjanjian program nuklir JCPOA, yang tampaknya akan kembali dibangkitkan Biden, juga untuk memperkuat cengkeraman Trump atas Partai Republik.

Sementara itu, Postel membuat perbandingan antara hari-hari terakhir pemerintahan Trump dan hari-hari mantan Presiden George W. Bush pada 2008 sebelum pelantikan Obama. Dia mengatakan pada saat itu Arab Saudi dan Israel juga sama-sama memancing diluncurkannya aksi militer terhadap Iran.

"Ada intensifikasi yang sangat mirip, paling tidak, retorika yang menggetarkan dan agresif yang datang dari pemerintahan Bush," kata Postel.

Postel mengatakan siapa yang berkuasa di AS dan Iran memiliki dampak kritis terhadap prospek diplomasi. Dia mencontohkan kesepakatan nuklir Iran dicapai ketika Barack Obama dan Hassan Rouhani, dua presiden yang menyukai keterlibatan internasional, sedang menjabat.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya