Pada tahun 2008, kala usia 32 tahun, Syekh Ali Jaber terbang ke Indonesia. Ia menuju ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), asal istrinya tinggal. Di sini ia menjadi guru tahfidz (hapalan) Quran, Imam salat, khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok, NTB, Indonesia.
Kariernya berlanjut saat ia diminta menjadi Imam salat tarawih di Masjid Sudan Kelapa, Menteng, Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi pembimbing tadarus Quran dan imam salat Ied di Masid Sunda kelapa, Menteng, Jakarta ini.
Kehadiran Syekh Ali Jaber ternyata mendapat sambutan yang sangat baik oleh masyarakat Indonesia. Dakwahnya yang menyejukkan, penyampaiannya sangat rinci, dan berisi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits. Ia mulai sering dipanggil keliling Indonesia untuk syiar Islam.
Ketulusannya berdakwah, ia mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2011, ia menjadi Warga Negara Republik Indonesia. Sejak itu ia rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafizh Indonesia di RCTI.
Untuk menyiarkan Islam lebih efektif dan melahirkan para penghapal Alquran di Indonesia, seperti ditulis dalam situsnya, ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber berkantor di Jatinegara, Jakarta, dan ia sendiri tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir. Dia mulai tampil di berbagai program telivisi. Bahkan ia juga menjadi aktor dalam film Surga Menanti, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang Hafizh Qur’an.
Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski sudah tenar lewat media, ia tetap berendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah.
Penusukan
Pada 13 September 2020, Syekh Ali Jaber ditikam oleh orang yang tidak dikenal saat berceramah di Masjid Falahuddin, Sukajawa, Bandar Lampung.