Aung San Suu Kyi, Pembawa Obor Demokrasi Myanmar yang Tercoreng

Agregasi VOA, Jurnalis
Senin 01 Februari 2021 18:09 WIB
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. (Foto: Reuters)
Share :

Revolusi dihancurkan, para pemimpinnya dibunuh dan dibui, dan Suu Kyi dipenjarakan di rumah keluarganya di tepi danau. Bahkan menyebut namanya di depan umum bisa membuat pendukungnya dihukum penjara. Jadi mereka memanggilnya “the Lady.”

Dengan bersuara lembut, Suu Kyi memainkan peran penting untuk menarik perhatian dunia pada junta militer Myanmar dan catatan hak asasi manusianya. Ia berhasil memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 1991. Suaminya, Aris, meninggal pada 1997 tetapi dia tidak menghadiri pemakamannya karena takut tidak diizinkan untuk kembali.

Selama bertahun-tahun, tentara memimpin kampanye kotor tanpa henti melawan Suu Kyi, yang mereka juluki sebagai "pemegang kapak dari Barat.”

Selama pembebasan singkat dari tahanan rumah pada 1998, dia berusaha melakukan perjalanan ke luar Yangon untuk mengunjungi pendukung meskipun tindakan tersebut diadang oleh tentara. Dia duduk di dalam vannya selama beberapa hari dan malam, meskipun mengalami dehidrasi karena panas terik, dan dikatakan menadahi air hujan di payung terbuka.

Dia selamat dari upaya pembunuhan pada 2003 ketika orang-orang pro-militer yang memegang pasang dan tongkat menyerang konvoi yang dia tumpangi. Beberapa pendukungnya terbunuh atau terluka parah.

Tentara sekali lagi menempatkannya sebagai tahanan rumah. Dari balik pintu gerbang rumahnya, Suu Kyi memberikan pidato mingguan yang cerdas kepada para pendukung. Dia berdiri di atas meja reyot dan berbicara tentang hak asasi manusia dan demokrasi di bawah pengawasan polisi rahasia. Sebagai seorang Buddhis yang taat, dia terkadang berbicara tentang perjuangannya dalam istilah spiritual.

Pada 2010, militer memulai serangkaian reformasi demokrasi dan Suu Kyi dibebaskan di hadapan ribuan pendukung yang menangis dan bersorak sorai.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya