Keengganan resmi untuk melanjutkan penyelidikan sudah jelas.
Diane Tempel-Barnett, juru bicara Komisi Makam Perang Jerman (VDK), mengatakan kepada radio Jerman "sejujurnya kami tidak terlalu bersemangat dengan penemuan itu. Bahkan kami merasa ini sangat disayangkan".
Sulit membayangkan Komisi Makam Perang Persemakmuran mengambil kebijakan serupa jika mayat 270 tentara Inggris ditemukan. Tapi kemudian Perang Dunia Pertama sering digambarkan di Jerman sebagai "perang yang terlupakan".
Faktanya, upaya sedang dilakukan untuk melacak keturunan mereka yang meninggal di terowongan - dan beberapa berhasil ditemukan.
Resimen ke-111 merekrut orang-orang dari wilayah Baden di Pegunungan Alpen Swabia, dan sembilan tentara yang tewas pada tanggal 4 dan 5 Mei 1917 telah diidentifikasi.
"Jika saya dapat membantu satu keluarga untuk melacak leluhur yang meninggal di terowongan, itu akan sangat bermanfaat," kata Mark Beirnaert, seorang ahli silsilah dan peneliti Perang Besar.
"Yang saya harap adalah mayat-mayat itu bisa dibawa keluar dan diidentifikasi dengan tanda pengenal mereka. Idealnya, mereka meninggalkan makam dingin yang menakutkan ini dan dikuburkan bersama sebagai prajurit,” lanjutnya.
Itulah yang terjadi pada lebih dari 400 tentara Jerman yang ditemukan pada tahun 1973. Mereka tewas di terowongan serupa di Mont Cornillet timur Reims.
Pierre Malinowski juga berharap mereka diberi penghargaan yang layak.
"Mereka adalah petani, penata rambut, pegawai bank yang datang dengan sukarela untuk berperang dan kemudian mati dengan cara yang tidak dapat kita pahami," katanya.
Dia sangat teliti dalam menghormati jenazah manusia. Mayat yang dia temukan telah dikembalikan ke tanah, dan dia tidak akan membiarkan mereka difoto. Tapi di samping solidaritas prajurit, ada juga daya tariknya.
"Mayat-mayat itu akan diawetkan, sehingga menjadi seperti mumi, dengan kulit, rambut, dan seragam,” terangnya.
"Patut diingat, terowongan tersebut adalah tempat para tentara itu hidup dari hari ke hari, jadi barang-barang keseharian mereka semua ada di situ. Tiap serdadu punya cerita sendiri. Tempat itu akan menjadi penyimpanan jasad terbesar dari peninggalan Perang Dunia Pertama,” urainya.
(Susi Susanti)