JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk tidak menghentikan vaksinasi Covid-19, setelah beberapa negara anggota utama Uni Eropa (UE) menghentikan peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca.
WHO menegaskan tidak ada bukti hubungan antara vaksin dan pembekuan darah.
Pakar keamanan vaksin WHO bertemu pada Selasa (16/3) untuk membahas suntikan vaksin itu.
Juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.
"Segera setelah WHO memperoleh pemahaman penuh tentang peristiwa ini, temuan dan perubahan yang tidak mungkin terjadi pada rekomendasi saat ini akan segera dikomunikasikan kepada publik," ujarnya.
"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut,” lanjutnya.
(Baca juga: Buntut Kisruh Penanganan Covid-19, Brasil Ganti Menteri Kesehatan Keempat Kali)
European Medicines Agency (EMA) akan bertemu pada hari yang sama dan akan menarik kesimpulan pada Kamis (18/3). Mereka juga mengatakan vaksin harus terus digunakan.
Seperti diketahui, Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol bergabung dengan negara-negara kecil dalam menghentikan vaksinasi sebagai tindakan pencegahan saat pemeriksaan dilakukan.
Ada sejumlah kasus pembekuan darah di Eropa yang berkembang setelah vaksin diberikan.
Namun, para ahli mengatakan ini tidak lebih dari jumlah insiden pembekuan darah yang biasanya dilaporkan dalam populasi umum.
AstraZeneca mengatakan sekitar 17 juta orang di UE dan Inggris telah menerima satu dosis vaksin, dengan kurang dari 40 kasus pembekuan darah yang dilaporkan hingga pekan lalu.
(Baca juga: KBRI Yangon Siapkan Shelter Perlindungan Bagi WNI di Myanmar)
Kementerian kesehatan Jerman mengumumkan pada Senin (15/3) akan menghentikan pemberian vaksin Oxford-AstraZeneca dengan segera, atas rekomendasi dari Paul Ehrlich Institute (PEI), otoritas vaksin negara itu.
"Latar belakang keputusan ini menyusul laporan baru kasus trombosis vena serebral yang terkait dengan vaksinasi AstraZeneca," kata Menteri Kesehatan Jens Spahn.
"Sehubungan dengan kasus-kasus yang baru dilaporkan ini, Institut Paul Ehrlich hari ini mengevaluasi kembali situasinya dan merekomendasikan penangguhan vaksinasi dan analisis lebih lanjut,” terangnya.
Dia mengatakan keputusan itu "tidak politis". "Kami semua sangat menyadari konsekuensi dari keputusan ini, dan kami tidak menganggap enteng keputusan ini," tambahnya.
Tak lama setelah itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis menangguhkan vaksin tersebut sampai saran baru yang diberikan oleh EMA.
"Kami memiliki panduan sederhana, untuk diinformasikan oleh sains dan otoritas kesehatan yang kompeten dan melakukannya sebagai bagian dari strategi Eropa," katanya.
Badan obat-obatan Italia yang memperpanjang larangan yang diberlakukan pada kelompok vaksin individu di seluruh negeri, juga menunggu keputusan EMA.
Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias mengatakan penggunaan vaksin akan ditangguhkan di sana setidaknya selama dua minggu.
Penangguhan datang kurang dari sehari setelah Belanda melakukan hal yang sama. Penangguhannya akan berlangsung setidaknya hingga 29 Maret.
Republik Irlandia, Portugal, Denmark, Norwegia, Bulgaria, Islandia dan Slovenia juga telah menghentikan sementara vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca.
Adapun Republik Demokratik Kongo dan Indonesia telah menunda peluncurannya.
Beberapa negara Eropa, termasuk Austria, telah menangguhkan penggunaan batch obat tertentu sebagai tindakan pencegahan.
Namun, Belgia, Polandia, Republik Ceko dan Ukraina mengatakan mereka akan terus memberikan vaksin AstraZeneca.
Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke mengatakan dengan jumlah kasus yang tinggi saat ini, Belgia tidak dapat menghentikan peluncurannya.
“Bagi kami, keseimbangannya jelas dan bersih, ini berpacu dengan waktu,” ujarnya.
Thailand mengumumkan akan mulai menggunakan vaksin itu pada Selasa (16/3), menyusul penundaan singkat peluncuran karena masalah keamanan.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan para ahli kesehatan telah meyakinkannya bahwa semua vaksin yang diberikan di negara itu, termasuk milik AstraZeneca, aman.
Regulator obat-obatan Inggris juga mengatakan tidak menemukan bukti jika suntikan vaksin AstraZeneca menyebabkan pembekuan. Karena itu, mereka mendesak orang-orang di negara itu untuk mendapatkan vaksin ketika diminta melakukannya.
Profesor Andrew Pollard, direktur kelompok vaksin Oxford yang mengembangkan suntikan Oxford-AstraZeneca, mengatakan kepada program Today BBC, mengatakan ada "bukti yang sangat meyakinkan bahwa tidak ada peningkatan dalam fenomena pembekuan darah di Inggris, di mana sebagian besar dosis masuk Eropa telah diberikan sejauh ini ".
(Susi Susanti)