YANGON - Lebih dari 180 orang telah tewas oleh pasukan keamanan dalam beberapa pekan demonstrasi memprotes kudeta militer di Myanmar, kata kelompok aktivis. Negara-negara dunia dan organisasi Internasional semakin keras menyuarakan kecaman dan desakan agar kekerasan di Myanmar segera dihentikan.
"Korban meningkat secara drastis," kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dalam pernyataan Selasa (16/3/2021) sebagaimana dilansir TRT World. Kelompok itu menambahkan bahwa lebih dari 180 orang telah tewas sejak kudeta 1 Februari.
BACA JUGA: Kemlu RI: Evakuasi WNI dari Myanmar Belum Perlu Dilakukan
Setidaknya 20 orang tewas pada Senin (15/3/2021), menurut AAPP, menambahkan bahwa 74 orang tewas pada Minggu (14/3/2021), hari paling berdarah sejauh ini.
Sementara sebagian besar kematian Senin adalah demonstran anti-kudeta, beberapa warga sipil yang "bahkan tidak berpartisipasi dalam protes" juga dilaporkan tewas, jelas AAPP.
PBB mengutuk kekerasan terbaru itu dan mengatakan setidaknya 138 orang telah tewas sejak 1 Februari.
"Ini termasuk 38 orang yang tewas kemarin (Minggu), mayoritas di daerah Hlaing Thayer di Yangon, sementara 18 orang tewas pada Sabtu (13/3/2021)," kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.