Covid-19 "Mengganas", Warga Buru Tabung Oksigen dan Obat-obatan di Pasar Gelap, Harganya Meroket

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 28 April 2021 05:38 WIB
Rumah sakit di India kehabisan tabung oksigen (Foto: Reuters)
Share :

  • Membeli obat di pasar gelap

Seorang warga, Anuj Tiwari, menyewa perawat untuk membantu merawat saudaranya di rumah setelah begitu banyak rumah sakit menolaknya.

Sebagian rumah sakit beralasan tak mempunyai ranjang yang tersisa dan sebagian lainnya mengatakan tidak menerima pasien baru karena adanya ketidakpastian tentang kelanjutan suplai oksigen. Sejumlah pasien meninggal dunia di Delhi karena kehabisan oksigen.

Rumah sakit-rumah sakit di ibu kota India itu mengeluarkan peringatan harian bahwa oksigen yang mereka miliki hanya cukup untuk beberapa jam saja. Pemerintah menanggapinya dengan mengirimkan tangki oksigen yang mencukupi keperluan sehari.

Seorang dokter di Delhi menceritakan bagaimana rumah sakit beroperasi dan "sekarang muncul ketakutan bahwa tragedi besar mungkin terjadi".

Dengan kondisi rumah sakit seperti itu, Tiwari mengeluarkan uang banyak untuk membeli konsentrator - yang dapat mengekstrak oksigen dari udara - agar saudaranya tetap bisa bernapas.

Dokter meminta Tiwari membeli obat antiviral remdesivir. Di India, remdesivir telah diberi lampu hijau penggunaan darurat dan lazim diresepkan dokter.

Tiwari tak bisa menemukan obat itu di semua apotek dan akhirnya ia berpaling ke pasar gelap. Kondisi saudara laki-lakinya terus memburuk dan dokter yang merawatnya mengatakan ia mungkin akan segera memerlukan perawatan di rumah sakit. Di sana ia kemungkinan akan diberi obat remdesvir.

"Tak ada tempat tidur. Apa yang seharusnya saya lakukan? Bahkan saya tidak bisa membawanya ke mana pun karena saya sudah menghabiskan uang banyak dan saya kehabisan uang sekarang," ungkapnya.

Harga remdesivir 100 mg biasanya US$12-51 (sekitar Rp174.000-768.000) tetapi di pasar gelap, obat itu dijual dengan harga US$330-1.000 (sekitar Rp4,8 juta-14,5 juta).

BBC menghubungi sejumlah penjual obat-obatan di pasar gelap yang mengatakan persediaan terbatas sehingga mereka mematok harga begitu tinggi.

Pemerintah India mengeluarkan izin kepada tujuh perusahaan untuk memproduksi remdesivir di negara itu dan mereka diperintahkan untuk menggenjot produksi.

Menurut epidemiolog dr Lalit Kant, keputusan meningkatkan produksi itu telah terlambat dan seharusnya sudah disiapkan untuk mengantisipasi gelombang kedua.

"Tetapi entah bagaimana caranya obat itu tersedia di pasar gelap, jadi ada kebocoran dalam sistem suplai yang tak terkendalikan oleh pihak redulator," kata dr Lalit.

"Kami tidak memetik pelajaran dari gelombang pertama,” lanjutnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya