Larangan Mudik Harus Dapat Dukungan Pemerintah Daerah

Khafid Mardiyansyah, Jurnalis
Sabtu 01 Mei 2021 06:07 WIB
Ilustrasi (Dokumentasi Okezone)
Share :

"Yang boleh lewat hanya kendaraan logistik, kendaraan yang bertujuan khusus dari pemerintahan, atau kendaraan pribadi yang dilengkapi surat jalan untuk meneruskan perjalanan tertentu dari gugus tugas (di daerah) asal," tegas Kepala Dinas Perhubungan Jawa Tengah Satriyo Hidayat.

"Selain itu semua, kendaraan dari yang dikecualikan itu diputarbalikkan untuk menuju asal perjalanan," lanjutnya.

Sementara itu, Koordinator Nasional Jaringan Mubalig Muda Indonesia (JAMMI), Irfaan Sanoesi mengimbau agar pemda lain mengikuti kebijakan larangan mudik ini. Pasalnya kasus positif Covid-19 di Indonesia belum benar-benar reda. Bahkan menurutnya, jika lengah, maka akan meningkatkan kasus positif Covid-19 yang menyebar ke pelosok daerah.

Irfaan menjelaskan, kondisi India yang dihantam tsunami Covid-19 padahal pernah mengalami kurva landai beberapa saat. Namun semuanya berubah signifikan ketika masyarakatnya lengah dan tidak patuh pada prokes.

“Dalam sepekan terkahir, kondisi India sungguh mengiris-ngiris hati. Lonjakan kasus di India mencapai 380 ribu kasus baru dalam satu hari, dan 4.645 kasus kematian pada Kamis (29 April) yang menurut ahli angka-angka ini jauh lebih rendah dari pada fakta di lapangan,” teranh Irfaan.

“Apa yang terjadi akibat lonjakan ini? Rumah sakit penuh, sementara para pasien terkujur lemah di luar rumah sakit, jalan raya, bahkan angkutan umum," tambahnya.

“Berbagai tempat seperti ruang parkir dijadikan lokasi dadakan untuk melakukan kremasi jasad. Sedangkan penggali kubur bekerja 24 jam karena kasus kematian terus melonjak,” sambungnya.

Dia menambahkan, India kini mulai kehabisan kasur di rumah sakit, obat-obatan, hingga tabung oksigen. Melihat penanganan pemerintah tak kunjung berimbas baik, dokter-dokter khawatir kondisi akan semakin memburuk sampai 2 pekan ke depan.

Tsunami kasus Covid-19 di India bisa terjadi di mana saja termasuk di Indonesia. Para ahli menyebut lonjakan di India karena kerumunan massa.

Dia mengajak momentum puasa Ramadan sekarang harus dijadikan momentum menahan hasrat ingin mudik ke kampung halaman. Menahan aktivitas masyarakat yang mengundang kerumunan. Jangan jadikan ritual keagamaan sebagai alasan untuk berkerumun di tengah Covid yang mengintai. Bila daerah tersebut berada di zona hijau atau kuning, harus tetap disiplin serta tidak lengah pada protokol kesehatan.

“Sebagaimana makna leksikal puasa adalah menahan. Kita wajib menahan diri untuk berkerumun bukber, menahan diri berkerumun untuk silaturahmi, dan menahan diri dari aktivitas-aktivitas yang menyebabkan lonjakan Covid-19,” imbuhnya.

“Silaturahmi kepada orang tua penting. Tapi jauh lebih penting dan prioritas menjaga keselamatan orang tua dari Covid-19," tambah Irfaan.

“Begitu juga jika dalam kondisi malaksanakan ritual agama (seperti shalat id berjamaah dan ziarah kubur) tidak memungkinkan karena berada di zona merah, sebaiknya dilaksanakan di rumah saja," sambungnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya