"Kami tidak tahu apakah kami akan memiliki rumah kami kembali. Saya tidak tahu apakah rumah kami akan terkena bom ketika kami kembali,” lanjutnya.
Sejak keluarga Tova meninggalkan Lod, kota itu diserang roket. Dua orang Arab Israel tewas ketika sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza menghantam mobil mereka pada Rabu.
Ketika sirene serangan udara berbunyi sepanjang malam, ribuan orang berlindung di tempat perlindungan, termasuk banyak warga Yahudi yang merupakan tetangga Tova yang memilih tetap bertahan di Lod.
Mereka harus berbagi tempat berlindung dengan para tetangganya yang berlatar etnis Arab, yang mereka yakini mungkin terlibat dalam kerusuhan, meningkatkan ketakutan mereka.
"Beberapa keluarga lainnya memutuskan tidak pergi ke ruangan tangga,” terangnya.
"Beberapa dari mereka turun sebentar lalu pergi secepat mungkin,” ujarnya.
Saat ketegangan meningkat, Tova tidak merasa yakin pada dirinya sendiri untuk bagaimana menjelaskan apa yang terjadi kepada putranya yang berusia empat setengah tahun.
"Dia tahu telah terjadi ledakan karena orang-orang jahat," katanya. "Saya merasa tidak bisa mengatakan kepadanya bahwa orang-orang Arab yang melakukannya kepada kami,” jelasnya.
"Saya ingin dia dapat hidup damai di antara tetangganya. Saya tidak ingin dia tumbuh dengan rasa takut terhadap orang-orang Arab seperti ini,” ungkapnya.
Tova khawatir keluarganya hanya akan terus terjebak dalam konflik yang semakin parah.
"Kami semua adalah warga sipil dan kami berperang satu sama lain," katanya.
"Itu menakutkan; itu sangat, sangat menakutkan,” tambahnya.
(Susi Susanti)