Sungai Suci Gangga Jadi Kuburan Korban Covid-19, Mengapa Bisa Terjadi?

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 19 Mei 2021 15:27 WIB
Sungai Gangga dipenuhi jenazah korban Covid-19 (Foto: Reuters)
Share :

  • Perbedaan 'masif' dalam jumlah korban tewas

Secara tradisional, umat Hindu mengkremasi jenazah sesama umat yang wafat. Tetapi banyak komunitas mengikuti apa yang dikenal sebagai "Jal Pravah" - praktik melarungkan mayat di sungai seperti anak-anak, gadis yang tidak menikah, atau mereka yang meninggal karena penyakit menular atau gigitan ular.

Banyak orang miskin juga tidak mampu membayar kremasi, sehingga mereka membungkus jenazah dengan kain kasa putih dan mendorongnya ke dalam air.

Ada jenazah diikat dengan batu untuk memastikan mereka tetap terendam, tetapi banyak juga yang terapung tanpa beban. Di waktu normal saja, mayat yang mengapung di Sungai Gangga bukan pemandangan biasa.

Yang jarang terjadi adalah begitu banyak mayat bermunculan dalam waktu sesingkat itu, dan berada di banyak tempat di sepanjang tepi sungai. Seorang jurnalis di Kanpur mengatakan kepada BBC bahwa mayat-mayat itu adalah bukti dari "perbedaan besar antara angka kematian resmi Covid-19 dan angka sebenarnya di lapangan".

Dia mengatakan secara resmi 196 orang telah meninggal akibat virus di Kanpur antara 16 April dan 5 Mei, tetapi data dari tujuh krematorium menunjukkan hampir 8.000 kremasi.

"Semua krematorium listrik beroperasi 24/7 pada bulan April. Itu pun belum cukup, sehingga pemerintah mengizinkan pekarangan luar digunakan untuk kremasi dengan menggunakan kayu," terangnya.

"Tetapi mereka hanya menerima jenazah yang datang dari rumah sakit dengan sertifikat Covid-19, dan sejumlah besar orang meninggal di rumah, tanpa menjalani tes apa pun. Keluarga mereka membawa jenazah ke pinggiran kota atau ke distrik tetangga seperti Unnao. Ketika mereka tidak dapat menemukan kayu atau tempat kremasi, mereka hanya menguburnya di dasar sungai,” lanjutnya.

Seorang jurnalis di Prayagraj meyakini banyak jenazah itu adalah pasien Covid-19 yang meninggal di rumah tanpa tes, atau orang miskin yang tidak mampu membayar kremasi.

"Ini memilukan," ujarnya.

"Semua orang ini adalah putra, putri, saudara laki-laki, ayah, dan ibu seseorang. Mereka pantas dihormati dalam kematian. Tetapi mereka bahkan belum menjadi bagian dari statistik - mereka meninggal tanpa diketahui dan dikuburkan tanpa diketahui,” jelasnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya