Selama menjadi wali kota, Bashaer harus memperhatikan sekira 8.000 jiwa. Dirinya diperkuat oleh 10 orang staf. Lima orang staf perempuan dan lima lainnya staf laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa kesetaraan gender diupayakan olehnya.
"Karena saya menganggap itu adalah hak warga negara, untuk kami lakukan sebagai seorang Saya lakukan sebagai anak bangsa. Jadi saya tidak memikirkan masalah gaji," cetus dia.
Walau mendapat status wali kota, ternyata Bashaer dan stafnya tidak memiliki wewenang mengurus anggaran. Mungkin Bashaer dianggap belum cukup umur untuk mengurus anggaran sebuah kota.
Baca juga: Pekik Takbir Tandai Selamatnya Gadis Kecil dari Rentetan Bom Israel di Gaza
Salah satu kasus yang membuatnya merasa kesulitan selama menjabat sebagai wali kota adalah, penutupan jalur logistik ke wilayah Palestina.
"Penutupan perbatasan yang memasukkan logistik dan termasuk melarang sebuah keluarga masuk untuk mengunjungi keluarga lain, adalah sebuah penganiayaan. Kami terus mengkampanyekan ke seluruh dunia agar perbatasan-perbatasan itu dilonggarkan dan dibuka," kata Bashaer.
(Widi Agustian)