Ayah Roman Protasevich, Dimitri Protasevich, mengaku kepada BBC bahwa dia "benar-benar takut" apa yang akan dilakukan aparat Belarusia terhadap putranya.
"Kami berharap dia akan mampu bertahan. Memikirkannya saja kami takut, tapi kemungkinan dia akan dipukuli dan disiksa. Kami benar-benar takut itu," paparnya dalam panggilan video.
"Kami sangat syok dan amat kesal. Hal semacam ini seharusnya tidak terjadi pada abad ke-21 di tengah Eropa,” ungkapnya.
"Kami berharap seluruh komunitas internasional, termasuk Uni Eropa, akan memberi tekanan baru terhadap aparat. Kami berharap tekanan akan berhasil dan aparat akan menyadari mereka berbuat kesalahan yang amat besar,” lanjutnya.
Protasevich ditahan bersama kekasihnya, Sofia Sapega.
Ibu Sofia mengatakan kepada BBC bahwa perempuan berusia 23 tahun itu dibawa ke sebuah penjara di Minsk. Menurutnya, kata terakhir yang dikirimkan Sofia melalui aplikasi WhatsApp adalah 'Ibu'. Tuduhan terhadap Sofia belum jelas.
Sementara itu, video yang menampilkan keadaan Protasevich beredar pada Senin (24/05).
Dalam video itu, Protasevich mengatakan dirinya dalam kondisi sehat dan mengakui kejahatan yang dituduhkan aparat Belarusia. Namun, para aktivis, termasuk pemimpin kubu oposisi, menuding aparat telah menekan Protasevich agar mau mengaku.
Seusai kejadian penangkapan Protasevich, Uni Eropa memutuskan untuk melarang pesawat-pesawat maskapai Belarusia mengudara di wilayah Eropa.
Ke-27 negara anggota juga menginstruksikan seluruh maskapai asal Uni Eropa tidak mengudara di wilayah Belarusia. Rangkaian sanksi ekonomi terhadap Belarusia akan menyusul.
Belarusia adalah satu-satunya negara di Eropa yang masih mengeksekusi mati tahanan.
(Susi Susanti)