Ketika Ali Sadikin Kumpulkan Para Pencopet Lalu Menamparnya

Tim Okezone, Jurnalis
Minggu 30 Mei 2021 09:39 WIB
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin semasa hidup (foto; istimewa)
Share :

Jakarta pada masa itu amat kumuh. Pasar yang becek, jalanan berlubang setinggi lutut, serta timbunan sampah ada di mana-mana. Sistem angkutan kota runyam, gedung sekolah bobrok, dan fasilitas mandi cuci kakus tanpa air tersebar di mana-mana.

Begitu buruknya situasi Jakarta sehingga para diplomat asing menyebutnya sarang wabah disentri. Saling curiga di antara lapisan masyarakat juga belum surut menyusul tragedi 30 September 1965.

Birokrasi seolah lumpuh di segala lini. Sementara itu, inflasi mencapai 600%, urbanisasi tak terbendung, pengangguran dan kriminalitas merajalela.

Pemerintah DKI hanya punya dana Rp66 juta untuk mengelola kota yang saat itu berpenduduk 4,6 juta jiwa. Ali Sadikin tidak putus asa. Ia menggebrak, berteriak, dan membentak aparat pajak agar mengerahkan pendapatan pajak.

Ia menuntut kerja keras 38 dari jajaran birokrat yang melayani kepentingan publik. Dengan sikap keras, ia mendisiplinkan sedikitnya 30 ribu pegawai kotapraja. Kerja kerasnya sedikit demi sedikit membuahkan hasil.

Masalah kriminalitas juga menjadi perhatiannya. Bang Ali juga tak segan turun dalam operasi penggerebekan pencopet di terminal bus.

"Saya suruh mereka (pencopet) berbaris. Tampar beberapa muka, lalu kami bertemu di Balai Kota," kata Ali.

Tindakan kongkret semacam inilah yang secara signifikan menurunkan tingkat kriminalitas. Simpati untuk Ali Sadikin pun mulai meluas.

(Awaludin)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya