“Ketika saya di sana, tentu saya kadang-kadang berbicara dengan generasi muda Taliban. Mereka sangat menghormati Turki karena hubungan antara Turki dan Afghanistan sudah dimulai pada tahun 1920-an. Tetapi (Taliban), tidak setuju Turki menjadi bagian dari pasukan militer asing, bagian dari NATO,” katanya.
Turki menghubungi sekutu dekatnya Pakistan dan Qatar serta memanfaatkan pengaruh mereka atas Taliban untuk meredakan tentangannya terhadap usul peran Turki itu.
Pada Senin (21/6), Menteri Luar Negeri Pakistan Mehmood Qureshi mengatakan Erdogan telah mengundang Perdana Menteri Pakistan Imran Khan untuk berbicara mengenai Afghanistan. Qureshi memperingatkan proses perdamaian Afghanistan sedang berada pada tahap kritis. Taliban meningkatkan operasi militernya di seluruh Afghanistan saat pasukan Amerika mundur, proses yang akan selesai pada 11 September.
Pejabat Turki sedang berunding dengan AS untuk memperoleh dukungan keuangan dan logistik. Hubungan Turki dengan banyak sekutu baratnya tegang dan sangat membutuhkan perbaikan. Inisiatif bandara Afghanistan itu bisa memberi landasan kesepakatan yang dibutuhkan, kata Huseyin Bagci, kepala lembaga Kebijakan Luar Negeri di Ankara.
“Sangat berisiko, tetapi tidak ada yang lebih baik bagi hubungan Amerika-Turki selain menempatkan pasukan Turki di bandara Kabul. Masalah utamanya adalah (Taliban) tetapi mereka bisa membuat kesepakatan,” jelasnya.
Analis memperingatkan dengan adanya hambatan berat yang menghadang rencana Turki untuk misi bandara Kabul, tidak banyak waktu yang tersisa menjelang batas waktu penarikan pasukan AS pada 11 September.
(Susi Susanti)