Ibukota Majapahit, Masa Kejayaan dan Pencapaian karya Agus Aris Munandar (2008) juga menggarisbawahi adanya ketidaksinkronan antara data epigrafi Pupuh VIII – XII dalam Negarakertagama dan temuan artefak-artefak di Situs Trowulan.
Selain itu, Munandar merujuk Kitab Pararaton. Kitab ini memaparkan Raden Wijaya mendirikan Kota Majapahit di daerah Hutan Tarik atau Trik dan bukan Trowulan. Dalam Pararaton, Tarik atau Trik dideskripsikan sebagai berada di sekitar muara Sungai Berantas. Sedangkan Trowulan sendiri sekarang terletak jauh dari tepi Sungai Berantas dan berada di daerah pedalaman Jawa Timur.
Ada pertanyaan menarik dikemukakan Munandar, yaitu mengapa Mpu Prapanca tidak menyebutkan eksistensi Kolam Segaran ini? “Apakah ia luput atau memejamkan mata sehingga tidak melihat Danau Segaran yang cukup Iuas dan impresif tersebut sampai tidak mencantumkannya dalam Negarakertagama?” tanya Munandar.
Secara toponimi juga muncul skeptisme. Cukup aneh, Trowulan yang diperkirakan adalah bekas ibu kota Majapahit sama sekali tidak memakai nama Mojopait, ataupun nama dengan unsur kata “mojo”. Dari 16 desa dan 4 buah dukuh yang termasuk wilayah Kecamatan Trowulan tidak satupun memakai nama dengan unsur kata “mojo” ini. Namun justru di luar Trowulan setidaknya ditemui sejumlah nama tempat yang memakai unsur kata “mojo”. Sebutlah, seperti Mojoagung, Mojowarno, Mojolegi, Mojoduwur, dan Mojowangi.
(Qur'anul Hidayat)