Janji Taliban, Hak-Hak Perempuan Afghanistan Dilindungi dalam Hukum Syariah Islam

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Kamis 19 Agustus 2021 06:01 WIB
Perempuan dan anak-anak Afghanistan. (Foto: Reuters)
Share :

HAK-HAK perempuan di Afghanistan akan dihormati "dalam kerangka hukum Syariah", demikian dipaparkan juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada Selasa (17/08).

Dalam jumpa pers pertama sejak Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, Mujahid menegaskan "perempuan akan diberikan hak-hak di lapangan kerja maupun kegiatan-kegiatan lain".

Menurutnya, "perempuan adalah bagian penting dalam masyarakat dan kami memberikan jaminan atas hak-hak mereka dalam kerangka batas-batas yang diatur dalam Islam."

Mujahid menjawab beberapa pertanyaan dari wartawan-wartawan internasional mengenai hak-hak macam apa yang dijamin bagi perempuan. 

"Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar dalam kerangka hukum Syariah.. Perempuan akan sangat aktif dalam masyarakat kami…Kami ingin meyakinkan komunitas internasional bahwa tidak akan ada diskriminasi."

Bagaimanapun, Mujahid tak merinci aturan dan pembatasan macam apa yang bakal diterapkan terhadap perempuan. 

Sejumlah kelompok advokasi hak-hak sipil khawatir kebebasan perempuan akan sangat dibatasi oleh Taliban.

Kerisauan itu bukan tanpa alasan. Taliban memberlakukan dan mendukung beragam hukuman sesuai dengan tafsir mereka atas hukum Syariah saat mengendalikan Afghanistan antara 1996 hingga 2001.

Saat itu, kaum perempuan harus memakai burka yang tertutup. Taliban juga melarang perempuan di bawah usia 10 tahun untuk belajar di sekolah.

Baca juga: Taliban Kembali Berkuasa di Afghanistan, Siapa Saja Para Pemimpinnya dan Bagaimana Sepak Terjang Mereka?

Belajar dari pengalaman tersebut, Tolo TV—salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan acara kuis ala Barat, sinetron, dan kontes bakat—memutuskan menonaktifkan para pembawa acara perempuan untuk sementara saat Taliban hendak masuk ke Kabul.

Namun, pada Selasa (17/08), Siyar Sirat selaku pembawa acara berita Tolo News, mengatakan kondisinya mulai kembali ke normal. "SDM kembali ke normal di kantor, kami menampilkan perempuan di layar kaca dan kami melaporkan dari sekitar kota". 

Yang kini dipertanyakan khalayak Afghanistan adalah apakah Taliban bersungguh-sungguh ketika menyatakan bakal menjamin hak-hak perempuan. 

Menanti kesungguhan Taliban

Pesan Taliban tersebut ditanggapi dengan respons beragam oleh publik Afghanistan.

"Saya tidak percaya dengan apa yang mereka katakan," kata seorang perempuan di Kabul kepada BBC, sembari menyaksikan penuturan juru bicara Taliban di layar televisi. 

"Itu adalah tipuan dan kami dipancing keluar untuk dihukum. Saya menolak belajar atau bekerja di bawah hukum mereka," timpal perempuan lain. 

Hal senada diutarakan Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai. Dia ditembak oleh Taliban pada usia 15 tahun karena vokal menyuarakan pendidikan anak-anak perempuan di Pakistan.

"Saya berkesempatan untuk berbicara kepada beberapa aktivis di Afghanistan, termasuk aktivis hak-hak perempuan dan mereka berbagi kerisauan bahwa mereka tidak yakin kehidupan mereka akan seperti apa," kata Malala kepada BBC.

"Banyak dari mereka ingat apa yang terjadi pada 1996-2001 dan mereka sangat risau akan keselamatan mereka, hak mereka, perlindungan mereka, kecemasan mereka atas akses ke sekolah.

"Dan kami sudah melihat laporan berita bahwa banyak anak perempuan dipulangkan dari universitas. Banyak dari mereka diminta menikah pada usia 15 tahun, 12 tahun."

Di lain pihak, ada perempuan Afghanistan yang menanti kesungguhan janji Taliban.

"Jika kami bisa bekerja dan mendapat pendidikan, itulah definisi kebebasan buat saya, itu adalah batasan saya. Itu adalah batasan yang belum dilanggar Taliban," kata seorang perempuan Afghanistan. 

"Selama hak saya untuk belajar dan bekerja dilindungi, saya tidak keberatan memakai hijab. Saya hidup di negara Islam dan saya bersedia menerima aturan busana Muslim—selama bukan burka karena itu bukan aturan busana Muslim."

Kemudian terdapat pula sejumlah perempuan yang memilih untuk menetap di Afghanistan—apapun yang terjadi ke depannya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya