KABUL - Seorang guru bahasa Inggris kelahiran Afghanistan yang saat ini terjebak di Kabul mengaku ketakutan akan terbunuh dan mempertimbangkan membayar ‘pedagang manusia' untuk melarikan diri menyusul laporan bom bunuh diri di bandara Kabul.
Guru yang ketakutan itu akan pergi ke bandara hari ini waktu setempat dalam upaya untuk melarikan diri dari negara itu. Namun seorang teman memperingatkannya bahwa dia tidak boleh melakukan perjalanan karena ancaman bom yang akan segera terjadi.
Guru bahasa Inggris, yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan kepada Daily Star bahwa dia tidak merasa aman di Kabul dan harus menyembunyikan dokumen identifikasi dari Taliban berkali-kali.
"Saya tidak merasa aman. Ini benar-benar situasi yang buruk," katanya.
“Kemarin, Taliban datang ke jalan kami dan menggeledah beberapa rumah. Saya menyembunyikan semua dokumen saya dan saya kebanyakan menggunakan telepon biasa,” lanjutnya.
"Sehari sebelum kemarin mereka menghentikan saya dan menggeledah saku saya dan menanyakan lokasi saya,” ujarnya.
(Baca juga: Serangan Bom Diperkirakan Berlanjut, Taliban Diminta Menjaga Keamanan)
Guru yang ketakutan telah berusaha meninggalkan negara itu selama dua minggu dan telah meminta bantuan dari 'setiap jalan yang memungkinkan'.
Dia sekarang mempertimbangkan untuk menggunakan strategi perdagangan manusia yang berisiko.
"Penyelundup manusia sangat mahal tetapi tidak ada yang membantu saya,” terangnya.
"Saya telah menghubungi anggota parlemen di Inggris dan mereka mengatakan mereka akan membantu saya, tetapi tidak ada yang terjadi. Saya tidak punya pilihan selain membayar seorang pedagang manusia,” ungkapnya.
(Baca juga: RI Kutuk Serangan Bom di Bandara Kabul yang Tewaskan 60 Orang dan 140 Terluka)