Wanita Afghanistan Tidak Diizinkan Bekerja Bersama Laki-Laki

Vanessa Nathania, Jurnalis
Selasa 14 September 2021 14:14 WIB
Tokoh senior Taliban Waheedullah Hashimi (tengah) (Foto: Reuters)
Share :

Sejak Taliban meraih kekuasaan bulan lalu, para pejabat Taliban mengatakan waanita akan dapat bekerja dan belajar dalam batas-batas yang ditetapkan oleh syariah.

Tetapi ada ketidakpastian yang meluas tentang efek praktis apa yang akan terjadi pada kemampuan para perempuan untuk mempertahankan pekerjaan mereka, melihat Taliban terakhir memerintah Afghanistan dari 1996-2001, perempuan dilarang bekerja dan berpendidikan.

Isu ini sangat penting bagi masyarakat internasional dan dapat berdampak pada jumlah bantuan lainnya yang diberikan kepada Afghanistan, yang saat ini berada dalam pergolakan krisis ekonomi.

Sebelumnya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan bahwa perempuan adalah bagian penting dari masyarakat dan mereka akan bekerja "di berbagai sektor".

Ia juga secara khusus mengikutsertakan pegawai perempuan dalam seruan agar birokrat pemerintah kembali bekerja.

Namun, pada kenyataannya, kabinet yang diumumkan pada 7 September tidak memiliki kehadiran wanita dan ada laporan luas tentang perempuan yang dipulangkan dari tempat kerja mereka.

Pada Minggu (12/9), Menteri pendidikan baru Taliban mengatakan perempuan bisa belajar di universitas, tetapi harus dipisahkan dari laki-laki.

Perempuan telah melakukan beberapa protes di seluruh Afghanistan, menuntut agar hak-hak yang mereka menangkan selama dua dekade terakhir dipertahankan. Beberapa demonstrasi telah dibubarkan oleh orang-orang bersenjata Taliban dengan melepaskan tembakan ke udara.

Peningkatan hak-hak perempuan - lebih terlihat di pusat kota daripada daerah pedesaan yang sangat konservatif - berulang kali disebut oleh Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu keberhasilan terbesar selama beroperasi 20 tahun di Afghanistan, yang secara resmi berakhir pada 31 Agustus.

Pernyataan AS didukung oleh data Bank Dunia yang mencatat, tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan mencapai 23% pada tahun 2020, di mana sebelumnya berada di titik nol, ketika Taliban terakhir memerintah.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya