SLOVAKIA - Dalam lawatannya ke Slovakia pertengahan bulan September ini, Paus Fransiskus mengingatkan umat agar tidak mengeksploitasi agama demi kepentingan politik.
Paus Fransiskus pertengahan bulan ini mengingatkan umat bahwa agama tidak boleh digunakan untuk politik. Ia juga memperingatkan umat Kristen agar tidak berusaha menjadi seseorang yang merasa superior. Ini tampaknya merupakan kritik Paus Fransiskus mengenai penggunaan agama untuk tujuan partisan.
Dalam kunjungan hari kedua di Slovakia pada 14 September lalu, Paus Fransiskus terbang dari Ibu Kota, Bratislava, ke Presov, kota di bagian timur, di mana ia memimpin misa panjang yang dikenal sebagai Liturgi Ilahi (Divine Liturgy). Ini adalah ritual Bisantin yang digunakan oleh Gereja Katolik Timur dan Gereja Ortodoks.
(Baca juga: Paus Fransiskus Tegaskan Umat Manusia "Bersahabat" dengan Vaksin Covid-19)
Paus Fransiskus mengemukakan khotbahnya dengan tema yang berkisar mengenai identitas Kristen dan salib, dengan mengatakan semua itu kerap digunakan secara dangkal.
"Hal yang sama juga berlaku untuk salib, dilukis atau dipahat di setiap sudut gereja kita. Salib ditemukan di sekitar kita: di leher, di rumah, di mobil, di saku. Apa gunanya ini, kecuali jika kita berhenti untuk melihat ke Yesus yang disalibkan dan membuka hati kita untuk-Nya, kecuali jika kita membiarkan diri terkena luka-luka yang Ia pikul untuk kita, kecuali jika hati kita membengkak karena penuh dengan perasaan sedih dan kita menangis di hadapan Tuhan yang terluka karena kasih-Nya untuk kita," kata Paus Fransiskus kepada sekitar 30 ribu jemaat yang menghadiri misa itu.
(Baca juga: Paus Fransiskus Diisukan Akan Mundur Setelah Jalani Operasi Usus Besar)
"Jika kita tidak melakukan itu, salib tetap menjadi seperti buku yang belum dibaca yang judul dan penulisnya kita tahu, tanpa ada dampaknya bagi hidup kita," lanjutnya.
Paus Fransiskus menambahkan bahwa salib tidak boleh dikurangi nilainya menjadi simbol politik dan penanda status sosial.