Diwartakan Reuters, Washington menarik diri dari pakta tersebut pada 2019 setelah selama bertahun-tahun mengeluhkan dugaan pelanggaran oleh Rusia seputar pengembangan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat, yang oleh Moskow disebut 9M729 dan NATO sebut sebagai "Screwdriver".
Pekan lalu Ryabkov membandingkan ketegangan yang dihadapi Rusia dan Barat saat ini dengan situasi semasa Krisis rudal Kuba pada 1962, yang hampir membawa Uni Soviet dan Amerika Serikat ke dalam kancah perang nuklir.
Ryabkov mengatakan ada "indikasi tidak langsung" bahwa NATO semakin dekat untuk menyebarkan kembali rudal jarak menengah. Indikasi ini termasuk pemulihan Komando Artileri ke-56 yang mengoperasikan rudal Pershing berkemampuan nuklir selama Perang Dingin.
NATO mengatakan tidak akan ada rudal baru AS di Eropa dan siap untuk menghalangi rudal baru Rusia dengan respons "terukur" yang hanya akan melibatkan senjata konvensional.
Namun Ryabkov mengatakan Rusia “tidak memiliki kepercayaan" pada NATO.
(Rahman Asmardika)