Pria di Tulungagung Koleksi Benda Antik hingga Keranda Mayat

Avirista Midaada, Jurnalis
Rabu 29 Desember 2021 09:57 WIB
Kolektor Sutarji (foto: MNC Portal/Avirista)
Share :

Memasuki rumah dari sisi selatan rumahnya, keunikan rumah kian terasa. Apalagi beberapa ukiran telah menyambut, termasuk tulang kepala sapi yang menyambut di pintu masuk bagian selatan.
Di dalam rumah beragam koleksi benda - benda antik dan unik. Beberapa benda seperti dokar, televisi kuno, senter, jam dinding, mesin jahit, telepon kuno, keris, alat musik kuno, wayang, perabot rumah tangga kuno, hingga punden Desa Aryojeding. 
Dari sekian koleksinya yang buat bulu kuduk merinding adalah koleksi 11 helai tali pocong milik orang meninggal, helm bekas korban kecelakaan, pakaian orang yang sudah meninggal dunia, menjadi koleksinya.
Sutarji mengaku ia menyukai mengoleksi benda - benda antik sejak puluhan tahun silam.  Barang - barang itu ia dapat dari berbagai wilayah di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya. 
"Banyak yang beli, kadang orang ke sini bawa barang saya beli, kalau nggak gitu dikasih info di rumahnya orang terus saya datangi saya beli, tapi ada yang nggak boleh beli. Tapi kebanyakan beli," ucapnya ditemui Okezone.
Namun hobinya mengoleksi benda-benda antik dan berhubungan dengan kematian ini awalnya juga mendapat pertentangan dari istri dan anak - anaknya. Namun untuk merayu meyakinkan sang istri, ia mencoba membagi rumahnya.
"Awalnya istri ya gak terima, lalu tak buatkan rumah tiga petak di depan itu khusus untuk istri dan anak - anak, nah yang belakang ini saya pakai untuk menyimpan benda - benda ini," tuturnya.
Tetapi lambat laun hobi Sutarji ini mendapat respon positif dari istri dan anaknya. Bahkan hingga kedua anaknya menikah dan ia mempunyai cucu, keluarganya tak lagi mempermasalahkan hobi nyelenehnya.
Menurutnya, benda - benda antik yang dikoleksinya ini menjadi semacam hiburan tersendiri bagi pria dengan dua orang anak ini. 
"Di rumah ini kan tinggal berdua sama istri, ya untuk hiburan saja, saya suka soalnya. Kalau anak sekarang di Surabaya yang kedua, yang pertama di Ngunut, Tulungagung," bebernya.
Kini sudah ribuan koleksi benda - benda antik ia kumpulkan di rumahnya sejak puluhan tahun lalu. Bahkan dirinya mengaku telah menghabiskan uang ratusan juta untuk membeli koleksi benda - benda antik untuk museum pribadinya itu. Dari benda - benda antik yang dimiliknya Dokar menjadi yang termahal dibelinya, yakni senilai Rp 10 juta. 
"Dokar cikar itu termahal harganya Rp 10 juta, kalau gerobak itu ada yang Rp 3 juta, ada Rp 4 juta, alat musik seperti jidor, gamelan itu juga beli semuanya. Kalau yang termurah itu kayak lumpang - lumpang tadi, itu harganya Rp 100 ribuan," ungkapnya.
Namun ia memastikan koleksi - koleksi benda antiknya itu tidak ada yang digolongkan benda cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Sebab pernah suatu ketika ada petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang langsung mengecek benda - benda antiknya.
"Orang BPCB pernah survei ke sini, dipastikan semua cuma benda antik. Saya nggak berani kalau cagar Budaya, patung kecil juga bahaya kalau benda cagar budaya, itu ada patung tapi patung kayu," tuturnya.
Sedangkan untuk benda - benda seperti tulang kepala sapi dan kambing ia kumpulkan dari hasilnya menyembelih hewan tersebut saat Idul Adha maupun saat aqiqah. Pengakuannya tak ada penambahan bahan pengawet pada setiap kepala sapi, kerbau, hingga kambing yang ia pampang di rumahnya.
"Tulang sapi asli bagian kepala jumlahnya ada 30, kalau kepala kambing lebih banyak. Saya itu jagal sapi kambing, kalau idul adha saya yang menyembelih. Habis dipotong dimasukkan ke kolam, dimakani ikan, dagingnya dimakani ikan, tinggal tulangnya, terus diambil, dipasang gitu saja. Nggak pakai trik khusus kayak pengawet gitu," ungkapnya.
Sementara satu sepeda motor yang terpampang di museum pribadinya, adalah sepeda motor yang menjadi saksi hidup dirinya balapan. 
"Motor itu sering saya pakai untuk balapan waktu saya muda. Dulu saya itu balapan, waktu masih muda," katanya.
Pria yang juga berternak ikan gurami dan lele ini mengungkapkan, tak ada perawatan khusus bagi benda - benda antiknya. Bahkan ia juga memastikan tak ada perawatan semacam memandikan keris atau benda kuno, saat bulan maupun waktu - waktu tertentu.
"Kali yang keris ditaruh saja, nggak ada pembersihan khusus. Paling cuma dilap - lap saja. Kalau yang dari kayu, disemprot biar menjaga dari rayap. Nggak ada ritual khusus," tandasnya.

Memasuki rumah dari sisi selatan rumahnya, keunikan rumah kian terasa. Apalagi beberapa ukiran telah menyambut, termasuk tulang kepala sapi yang menyambut di pintu masuk bagian selatan.


Di dalam rumah beragam koleksi benda - benda antik dan unik. Beberapa benda seperti dokar, televisi kuno, senter, jam dinding, mesin jahit, telepon kuno, keris, alat musik kuno, wayang, perabot rumah tangga kuno, hingga punden Desa Aryojeding. 

Dari sekian koleksinya yang buat bulu kuduk merinding adalah koleksi 11 helai tali pocong milik orang meninggal, helm bekas korban kecelakaan, pakaian orang yang sudah meninggal dunia, menjadi koleksinya.

Sutarji mengaku ia menyukai mengoleksi benda - benda antik sejak puluhan tahun silam.  Barang - barang itu ia dapat dari berbagai wilayah di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya. 

"Banyak yang beli, kadang orang ke sini bawa barang saya beli, kalau nggak gitu dikasih info di rumahnya orang terus saya datangi saya beli, tapi ada yang nggak boleh beli. Tapi kebanyakan beli," ucapnya ditemui Okezone.

Namun hobinya mengoleksi benda-benda antik dan berhubungan dengan kematian ini awalnya juga mendapat pertentangan dari istri dan anak - anaknya. Namun untuk merayu meyakinkan sang istri, ia mencoba membagi rumahnya.

"Awalnya istri ya gak terima, lalu tak buatkan rumah tiga petak di depan itu khusus untuk istri dan anak - anak, nah yang belakang ini saya pakai untuk menyimpan benda - benda ini," tuturnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya