Menurut pelukis karya itu, Nicolaas van der Waay, karya pada 1896 ini dimaksudkan untuk menggambarkan hadiah "peradaban" Belanda kepada koloni-koloninya.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang Belanda telah mendesak negara itu untuk memperhitungkan masa lalu kolonialnya.
Seperti diketahui, selama abad ke-17, Belanda menaklukkan sebagian besar wilayah di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia, Afrika Selatan, Curaçao, dan Papua Barat, dan menjadi pemain kunci dalam perdagangan budak transatlantik.
Tahun lalu, Walikota Amsterdam, Femke Halsema, secara resmi meminta maaf atas peran kota tersebut dalam perdagangan budak.
Langkah itu membuatnya berselisih dengan Perdana Menteri (PM) Mark Rutte, yang telah menolak seruan untuk permintaan maaf negara secara resmi.
(Susi Susanti)