Namun, orang-orang seperti Kabeer masih menunggu bantuan.
Diketahui, bentuk protes dramatis seperti itu kerap terjadi di India. Selama bertahun-tahun orang India yang mencari keadilan atau perubahan sistemik telah melakukan mogok makan, berdiri di genangan air setinggi pinggang selama berhari-hari, dan menahan tikus hidup di mulut mereka.
Sosiolog mengatakan pembangkangan sipil tanpa kekerasan warisan Mahatma Gandhi, termasuk periode puasa yang lama, menggambarkan kekuatan dari protes "performatif", terutama di negara seperti India, di mana negara sering lambat merespons.
Anagha Ingole, yang mengajar ilmu politik di Universitas Hyderabad, mengatakan tindakan seperti yang dilakukan Kabeer bertujuan untuk mengingatkan pemerintah bahwa mereka telah gagal memenuhi janjinya.
"Dalam kasus ini, negara gagal memenuhi janji formalnya dalam melindungi hak warga negara untuk bekerja," ujar Ingole, yang telah bekerja secara ekstensif dalam isu-isu diskriminasi sosial.
India diperkirakan memiliki sekitar dua juta orang transgender, meskipun para aktivis mengatakan jumlahnya lebih tinggi. Pada 2014, Mahkamah Agung India memutuskan bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan gender lainnya.
Namun, mereka masih berjuang untuk mengakses pendidikan dan kesehatan. Banyak yang terpaksa mencari nafkah dengan mengemis atau menjadi pekerja seks.